Cendawan Kuning...

- 28 Juni 2021, 11:19 WIB
Foto ilustrasi
Foto ilustrasi /Langgeng Widodo/

"Asap kuning bunga cendawan membelah angkasa..."

BEGITU Yockie Suryoprayogo menggambarkan kedahsyatan letusan bom atom dalam lagu Cendawan Kuning. Setelah bom meletus, asap membumbung membelah angkasa, seperti cendawan kuning.

Setidaknya itu terlihat dalam video klip yang beredar. Dalam lagu yang dirilis 1989 itu, Yockie juga menggambarkan dampak dari letusan bom atom itu. Tengok saja lirik selanjutnya.

"Aku mati, engkau mati, semua akan mati. Lumpur-lumpur, bagaikan lava panas semakin tinggi." "Cacing tanah, menggelepar, dengan kulit terbakar. Tulang-tulang, yang berserakan nyawa-nyawa melayang."

Jadi, dampak bom atom itu tidak hanya meluluhlantahkan gedung dan infrastruktur tapi juga membunuh ribuan manusia, dalam radius tertentu, tapi juga memusnahkan ekosistem yang ada.

Gambaran nyata dari dampak kedahsyatan bom atom itu ketika dua kota di Jepang, yakni Herosima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat pada perang dunia kedua tahun 1945. Atau saat Bagdath, ibu kota Irak dibombardir AS saat Perang Teluk 1991.

Namun dalam perjalanan waktu, di era modern seperti sekarang ini, untuk menaklukkan sebuah negara tak perlu bermain-main bom atom lagi, tapi cukup menguasai ekonominya dan menciptakan ketergantungan.

Dengan penguasaan ekonomi dan adanya ketergantungan itulah, sebuah negara akan mudah distir, didikte, atau mau diapakan. Nah, inilah yang namanya penjajahan baru, yang kini banyak dilakukan negara maju pada negara berkembang.

Dalam dua bait terakhir di lagu tersebut, Yockie Suryoprayogo menekankan. "Itu semua ulah manusia, yang gila kuasa. Selalu berlomba mencapai tujuannya, menjajah dunia. O, peradaban ini musna tiada bekas, hilang tanpa bekas."

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x