Ngaji Jiwa Jawi |.| Kustawa Esye
ISLAM kejawen yang lebih mengutamakan isi katimbang kulit luarnya, lebih selaras dengan cita rasa khasnya budaya di tengah kemajemukan masyarakat.
Bulan Sura, tahun baru dalam penanggalan tahun Jawa, menurut tuntunan spiritual reliqius jiwa jawining wong Jawi, dimaknai sebagai bulan laku spiritual keprihatinan.
Banyak juga yang menganggap Bulan Sura saatnya introspeksi atau mawas diri, waktunya kontemplasi, membersihkan katarak jiwa dan mensucikan noktah hitam hati nurani.
Baca Juga: Apa Beda 1 Suro dengan 1 Muharam? Simak Penjelasannya
Bertumpu pada kekuatan serta kesadaran spiritual reliqius dan kepekaan mata batin umat manusia, segala lelaku ngesuh jiwa selama Bulan Sura lebih dimaknai sebagai wahana membersihkan segala aura spiritual negatif dalam jatidiri kita.
Selebihnya, juga merupakan tangga meditasi penggapaian cita-cita luhur seluruh umat manusia. Baik dalam sunatullahnya sebagai khalifah di muka bumi, demikian juga perannya sebagai hamba Allah Sang Maha Pencipta.
Termasuk juga dalam dimensi hubungan sesama umat manusia atau habluminannas, demikian juga dalam proses pemenuhan kuwajiban hubungan pengabdian kita kepada Allah Yang Maha Kuasa, habluminallah.
Baca Juga: Jangan Lewatkan, Ini Bacaan Doa Awal dan Akhir Tahun Baru Islam 1 Muharam 1444 Hijriah