KARANGANYARNEWS - Di tengah gempuran musik modern dan budaya pop, ada satu kelompok seni di Banyumas yang justru menapaki jalur berbeda, memadukan musik tradisional dengan nilai-nilai dakwah.
New Surya Laras Banyumas, kelompok karawitan Banyumasan tak hanya tampil di panggung seni, tetapi juga di hati masyarakat melalui pesan-pesan Islami.
Prof. Dr. HM Hizbul Muflihin, M.Pd, sosok di balik eksistensi New Surya Laras menyebutkan, karawitan bukan sekadar warisan budaya. Di tangannya, musik tradisional Jawa ini berubah menjadi media syiar yang efektif dan menggugah.
Baca Juga: HM. Hizbul Muflihin: Lulusan PGAN Klaten ’82 Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Saizu Purwokerto
"Banyumas punya akar budaya kuat. Kalau pesan dakwah disampaikan lewat karawitan, masyarakat cenderung lebih terbuka dan menerima," kata Hizbul Muflihin di Purwokerto, Kamis 01 Mei 2025.
Lebih dari Sekadar Hiburan
Salah satu bentuk inovatif yang mereka kembangkan adalah Kenthos, akronim dari Kentongan Sholawat. Di sinilah seni kentongan khas Banyumas berpadu dengan hadroh dan lantunan sholawat. Hasilnya? Musik yang tidak hanya enak didengar, tapi juga penuh makna.
"Kenthos itu bentuk nyata bahwa dakwah tak harus selalu dalam ceramah. Dengan irama yang akrab di telinga masyarakat, pesan kebaikan bisa tersampaikan secara halus namun kuat," jelas pria yang juga menjabat Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyumas itu.
Baca Juga: May Day 2025 di Jawa Tengah, Gubernur Ahmad Luthfi Hadiahkan Koperasi untuk Buruh
Tak hanya New Surya Laras, kelompok seni lain seperti Sanggar Laras Manunggal di Dukuh Waluh juga menjadikan karawitan sebagai jembatan spiritual. Mereka rutin tampil di acara keagamaan maupun festival budaya, membawa lagu-lagu Islami dalam balutan gendhing Banyumasan.