KARANGANYARNEWS - Di tengah derasnya arus informasi digital, dua buku yang menyuarakan nurani berhasil memantik diskusi publik yang hangat dan reflektif.
Berlokasi di Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, kegiatan bedah buku Semarang ini menjadi oase literasi yang menyatukan berbagai elemen masyarakat dalam satu semangat: membaca untuk memahami, menulis untuk mengubah.
Dua buku yang dibedah, “Anakku Dipotret Malaikat” karya Adnan Katino dan “Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual” karya Nawal Nur Arafah Yasin, M.Si.
Baca Juga: Satupena Ramaikan Bedah Buku di Perpusprov Jawa Tengah
Kedua buku tersebut, bukan sekadar kumpulan narasi, tapi seruan moral yang menggetarkan, menjangkau persoalan spiritual hingga isu-isu sosial yang kerap dibungkam.
Acara ini dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNNES, anggota Rotary Club of Semarang Kunthi.
Selain itu, dihadiri juga para anggota komunitas literasi Jawa Tengah seperti Satupena dan Kumandang Sastra. Diskusi berlangsung hidup, sarat pertanyaan kritis dan jawaban penuh makna.
Buku, Jendela Dunia Sekaligus Cermin Nurani
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah, Rahmah Nur Hayati, S.K.M., M.Kes., membuka acara dengan pesan sederhana namun dalam: "Buku adalah jendela dunia. Tapi lebih dari itu, ia adalah cermin untuk melihat kembali siapa kita." Pernyataannya seolah menegaskan peran literasi sebagai pondasi karakter bangsa.