BMKG: Waspada La Nina dan Peningkatan Risiko Bencana Hidrometeorologi

- 19 Oktober 2021, 23:48 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini untuk waspada datangnya La-Nina dan bencana hidrometeorologi akhir tahun ini
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini untuk waspada datangnya La-Nina dan bencana hidrometeorologi akhir tahun ini /Pixabay/Alicja

KARANGANYARNEWS - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini untuk waspada datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan Timur, menunjukkan saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yakni sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.

“Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022,” ujarnya, dilansir dari laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, bmkg.go.id.

Baca Juga: Ini Wilayah PPKM Jawa-Bali Periode 19 Oktober hingga 1 November 2021

Didasarkan pada kejadian La Nina 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari, terutama di wilayah Sumatra bagian Selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian Selatan dan Sulawesi bagian Selatan, La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya.

Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan, perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Dwikorita Karnawati juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi, Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan.

Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, sebagian besar Sumtra Selatan, Lampung bagian Barat, Banten bagian Timur, Jawa Barat bagian Selatan, Jawa Tengah bagian Barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian Selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian Selatan dan Timur, Kalimantan tengah bagian Timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian Selatan.

Halaman:

Editor: Andi Penowo

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x