Kunjungi Desa Adat Panglipuran, Ini yang Dilakukan Delegasi GPDRR 2022

- 28 Mei 2022, 23:39 WIB
Delegasi GPDRR 2022 mengunjungi Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali
Delegasi GPDRR 2022 mengunjungi Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali /Wahyu Putro/Antara Photo

KARANGANYARNEWS - Kearifan lokal masyarakat Bali dalam menghadapi bencana mendapat perhatian khusus dari delegasi asing peserta Sesi Ke-7 Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR), saat sesi studi lapangan (field trip) di Karangasem dan Klungkung, Sabtu (28/5/2022).

Dari kunjungan ke dua tempat itu, yang merupakan penutup pertemuan GPDRR 2022 di Bali, para delegasi memperoleh pengetahuan mengenai pentingnya melestarikan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat dalam memperkuat aksi kesiapsiagaan bencana.

Baca Juga: 77 Gempa Guguran Terjadi di Gunung Merapi pada Hari Minggu

Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa saat menerima kedatangan para delegasi menjelaskan masyarakat adatnya punya satuan tanggap bencana yang disebut Pasebaya Agung.

Pasebaya Agung yang terbentuk dari inisiatif masyarakat adat punya peran penting dalam membantu evakuasi dan meningkatkan kesadaran warga terhadap bencana letusan gunung api, yaitu Gunung Agung.

“Keterlibatan berbagai relawan khususnya Pasebaya Agung yang terbentuk saat erupsi (Gunung Agung) pada 2017 sangat membantu meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan masyarakat, ditambah budaya lokal yang dimiliki masyarakat sehingga mempermudah mitigasi dan evakuasi,” kata Artha Dipa ke para delegasi di Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali.

Baca Juga: Pelaku Ritual di Gunung Lawu Tewas, Ini 8 Kronologi Lengkapnya

Ia lanjut menyampaikan kebijakan kesiapsiagaan dan penanganan bencana harus melibatkan seluruh pihak termasuk pemerintah, pelaku usaha, organisasi masyarakat, akademisi, dan kelompok relawan seperti Pasebaya Agung.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Karangasem Ida Ketut Arimbawa menjelaskan dari total 13 ancaman bencana di Bali, 11 di antaranya ada di Karangasem.

Sebanyak 11 ancaman bencana itu, di antaranya gempa bumi, letusan gunung api, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, kebakaran hutan, kekeringan, tanah longsor, Tsunami, dan pandemi atau wabah penyakit.

Usai mengunjungi Pura Agung Besakih, delegasi juga mendatangi Kertagosa di Klungkung.

Baca Juga: Indikasinya Masih Misterius, Ini Kronologi Lengkap Ibu Bunuh Diri Bersama 2 Anaknya

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta juga menjelaskan kesiapan daerahnya dalam menghadapi bencana.

Di sekitar area Kertagosa, Suwirta menjelaskan ada empat jalur yang berfungsi sebagai jalur evakuasi Tsunami dan letusan gunung api.

“Bila terjadi Tsunami, masyarakat menuju ke gunung, sementara jika gunung meletus, masyarakat turun ke bawah,” kata Suwirta.

Ia juga menyampaikan Klungkung merupakan daerah pusat pengungsi bagi warga di sekitar daerah rawan letusan gunung api.

“Ini terbukti saat Gunung Agung meletus, Klungkung jadi tempat penyangga (bagi pengungsi),” kata Bupati Klungkung.

Sementara itu, salah satu delegasi, Delvina dari Care International menyampaikan ia sepakat bahwa kearifan lokal perlu jadi sorotan dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana.

“Kita harus siap dari tingkat komunitas,“ kata Delvina, delegasi dari Timor Leste, saat ditemui di Kertagosa, Klungkung, Sabtu (28/5/2022). ***

Editor: Klasik Herlambang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x