Dalam program roots, kegiatan-kegiatan disusun untuk memberikan kesempatan bagi siswa melakukan aksi berdasarkan apa yang mereka lihat di sekolah, dan mulai membuat perubahan.
Kegiatan ini, bertujuan untuk menampilkan hasil karya siswa agen perubahan dalam upaya menghapus praktek-praktek perundungan di sekolah.
Baca Juga: PKUB Desa dan Kelurahan Menginspirasi Kabupaten lain Dalam Merawat Kerukunan
Selain itu, juga ada deklarasi bersama untuk menghapus praktek perundungan demi terciptanya lingkungan sekolah yang nyaman, bagi semua warga sekolah.
“Ini sangat luar biasa, agen perubahan dari MAN 1 Gunungkidul mampu menginspirasi siswa lain dalam mencegah dan merespon situasi perundungan melalui festival “Roots Day” ini," terang M. Syakur direktur LPA Klaten.
Kegiatan ini, menurutnya dapat menjadi pembuktian anak-anak yang bersekolah di madrasah dapat menjadi contoh mencegah kekerasan. Dimulai dari MAN 1 Gunungkidul, semoga dapat disebarluaskan ke madrasah-madrasah lainnya yang berada di bawah Kementerian Agama.
Baca Juga: Revitalisasi Bahasa Daerah 2023, Jawa Tengah Libatkan Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Semarak festival, 30 agen perubahan menampilkan unjuk gigi melalui pentas seni tradisi, drama anti perundungan dan membacakan suara agen perubahan. Selama festival berlangsung di tampilkan pula hasil kegiatan yang telah di laksanakan selama 4 bulan.
Menutup kegiatan semarak festival anti perundungan, seluruh tamu dan peserta menandatangani kesepakatan anti perundungan di madrasah melalui tanda tangan di media banner.
Nantinya, tanda tangan ini akan di pajang di madrasah sebagai bukti MAN 1 Gunungkidul menolak kekerasan di dalam madrasah. ***