KARANGANYARNEWS - Menjelang gelaran Porseni Ngaliyan 2025, suasana di lingkungan RW IV, Kelurahan Ngaliyan, Semarang, terasa lebih hidup dari biasanya.
Bukan hanya karena antusiasme menyambut ajang tahunan tersebut, tetapi juga karena semangat kebersamaan yang terpancar dari Grup Hadroh Padhang Mbulan yang akan mewakili wilayah mereka dalam lomba rebana.
Salah satu momen penuh makna terjadi Selasa malam, 1 Juli 2025, ketika Ketua Yayasan Baitussalam, Didik Suwarsono menyerahkan peci hitam secara simbolis kepada ketua grup hadroh, Mohammad Agung Ridlo.
Baca Juga: Padhang Mbulan, Hadrah dari Ngaliyan yang Bukan Sekadar Tampil di Porseni Kecamatan Semarang 2025
Penyerahan ini berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, tempat yang selama ini menjadi pusat kegiatan spiritual dan budaya warga. “Ini bukan sekadar perlengkapan tampil. Peci hitam ini simbol dukungan, semangat, dan kebanggaan,” kata Didik saat menyapa para personel grup yang tengah berlatih.
Hadroh Jalan Dakwah
Dalam kesempatan itu, Didik menyampaikan pesan penting soal peran kesenian islami seperti hadroh di tengah masyarakat modern. Menurutnya, hadroh bukan hanya soal tampil dan menabuh rebana, tapi juga bagian dari dakwah yang mengakar pada nilai-nilai tradisi.
“Hadroh itu warisan budaya yang tidak boleh hilang. Ini adalah cara halus dan indah untuk menyampaikan nilai-nilai agama. Dan Porseni menjadi momentum penting untuk membangkitkan semangat itu,” kata Didik.
Baca Juga: Hadroh Padang Bulan, dari Masjid Baitussalam Siap Meriahkan Dunia Musik Islami
Grup Hadroh Padhang Mbulan yang dikenal sebagai salah satu grup aktif di wilayah Ngaliyan, kini sedang melakukan latihan rutin dengan formasi unik: lintas generasi. Mulai dari yang sudah sepuh hingga remaja dan anak-anak muda, semuanya terlibat secara aktif.