Sisi Lain Keunikan Candi Kalasan, Bukti Toleransi Beragama Nenek Moyang Masyarakat Jawa

- 5 Maret 2023, 16:35 WIB
Candi Kalasan, bangunan monumental agama Buddha  salah satu bukti tolernsi beragama telah dilakukan masyarakat Jawa Kuno
Candi Kalasan, bangunan monumental agama Buddha salah satu bukti tolernsi beragama telah dilakukan masyarakat Jawa Kuno /BPCB Jogja/

Lebih hebat lagi seperti dilansir KaranganyarNews.Com dari buku 'Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi: Mengenal Candi', dijelaskan tidak jauh dari Candi Kalasan pernah ditemukan sebuah prasasti bertuliskan huruf pre-nagari dan berbahasa Sansekerta.

Prasasti tersebut, menjelaskan Desa Kalasan dan pembangunan sebuah kuil. Secara tegas prasasti tersebut menyebutkan, maksud pembuatan kuil atau candi untuk memuliakan Dewi Tara pada tahun 700 Saka atau tahun 778 Masehi.

Baca Juga: Heroisme Burung Garuda di Candi Kidal, Menginspirasi Cita-cita Luhur Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Berdasarkan prasasti inilah, para ahli arkeologi sepakat menamakan Candi Pemujaan Dewi Tara itu Candi Kalasan. Menurut Insinyur van Romondt yang mengadakan penelitian dari sudut ilmu rancang bangun, Candi Kalasan dalam jangka panjang pernah mengalami beberapa kali perombakan.

Perombakan itu, menurutnya bukan perombakan terbatas tetapi perombakan menyeluruh. Atas hasil penelitian Romondt tadi, tahun pembangunan 778 Masehi adalah tahun pembangunan Candi Kalasan yang lama.

Mengapa candi ini harus dilakukan perombakan, belum ada sarjana yang bisa menjelaskan. Ditambahkan ahli purbakala Belanda Bernet Kempers, Candi Kalasan yang nampak seperti sekarang ini dibangun abad IX Masehi.

Baca Juga: Menginspirasi Stadion Kanjuruhan dan Gajayana, Inilah Misteri Arkeologi Dibalik Candi Badut

Disebutkan dalam buku 'Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi: Mengenal Candi', Candi Kalasan dibagi menjadi tiga bagian yang melambangkan 3 lingkungan alam semesta.

Masing-masing Bhurloka (lingkungan mahkluk hidup) diwujudkan bagian kaki candi, Bhuvarloka (lingkungan setengah dewa) dilambangkan bagian tubuh candi, dan Swarloka (lingkungan para dewa) yang digambarkan bagian atap candi.

Di atas pintu masuk dihiasi relief kala makara, karya seni pahat terindah pada jamannya. Di dalam bilik tengah candi dahulu kala terdapat arca induk (Dewi Tara) dari perunggu setinggi 6 meter, karena tingkat resiko hilang tinggi pemerintah Belanda mengamankannya di museum negeri Belanda.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x