Baca Juga: Taman Sari Jogja, Eksotika Peninggalan Sejarah Sultan Hamengku Buwono I
Di Jawa, sekte yang paling populer adalah pemujaan terhadap Siwa dan para pendampingnya (Parswadewata). Pemujaan terhadap Siwa di Dieng, diwujudkan dalam bentuk arca maupun simbolisasinya yang ditempatkan di dalam bilik utama candi (grbagrha), diikuti oleh dewa pendamping yang terdiri dari Durga, Agastya, dan Ganesha.
Siwa digambarkan dalam berbagai perwujudan, yaitu Aniconic digambarkan berupa lingga (simbol laki-laki) yang diletakkan di atas yoni (simbol perempuan), Antropomorfik digambarkan dalam bentuk manusia, contohnya arca Siwa dan Mahaguru, Zoomorfik digambarkan dalam bentuk binatang contohnya arca Nandi.
Dari sekian banyak penggambaran Siwa di Dieng, Siwa Trisirah (Siwa diarcakan berkepala tiga) dan Siwanandisawahanamurti (Siwa diarcakan dengan posisi duduk di atas vahananya, nandi) adalah arca-arca khas Dieng. Disamping bangunan yang ada, beragam arca lepas serta komponen bangunan candi ditemukan di Kompleks Candi Dieng.
Dalam beberapa tahun terakhir, BPCB Jawa Tengah bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara melakukan penataan Kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Penataan meliputi pembangunan gedung museum yang baru, konservasi temuan-temuan lepas yang disimpan di dalam museum lama atau Rumah Arca Dieng. ***