Ingat Pesan Romo Sindhunata : Kerja Jurnalistik adalah Kerja Kaki

- 14 Oktober 2021, 04:32 WIB
Srawung awak media sareng Bank Indonesia di Alana Hotel Karanganyar, Selasa (12/10/2021)
Srawung awak media sareng Bank Indonesia di Alana Hotel Karanganyar, Selasa (12/10/2021) /Istimewa/

KARANGANYARNEWS-Jurnalis jangan pernah khawatir dengan kehadiran media sosial atau medsos. Meski belakangan medsos "mengambil" sebagian fungsi media mainstream, terutama dalam promosi, pencitraan, dan branding namun media sosial tidak bisa menggantikan media mainstrem secara utuh.

Ada perbedaan yang cukup mendasar antara media sosial dengan media mainstream. Media mainstream, baik itu media cetak, radio, televisi, maupun online hadir secara kelembagaan, mewakili publik. Keberadaannya di bawah Dewan Pers dan diatur undang undang.

Sementara itu media sosial, baik itu Facebook, Youtube, twiter, atau Instagram, meski pengikutnya banyak hingga jutaan, namun representasinya lebih banyak personal, bukan kelembagaan. Di luar itu semua, penulisan media mainstream itu memenuhi kaidah jurnalistik, terkonfirmasi, dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Media sosial itu bukan saingan kita, bukan musuh, karena itu tak perlu dikhawatirkan. Keberadaan media sosial bisa menjadi narasumber kita," kata redaktur sekaligus kepala biro Solo detikcom, Muchus Budi Rahayu, ketika menjadi pembicara dalam Srawung Awak Media sareng Bank Indonesia, Selasa (12/10/2021).

Namun sejumlah pihak prihatin akan kehadiran teknologi informasi yang makin canggih membuat daya juang para wartawan di lapangan banyak berkurang. Banyak wartawan mengandalkan rilis dari sebuah lembaga tanpa harus liputan, mengikuti kegiatan. Sebagian lagi "njagake bandeman" dari wartawan lainnya. Sering kali rewrite sana sini.

Target jumlah berita yang begitu banyak dari perusahaan media menjadikan wartawan tak sempat lagi melakukan investigasi ke lapangan. Para wartawan pun tak sempat belajar atau membaca untuk memperkaya atau menambah pengetahuan.

Apalagi belakangan ini, banyak tulisan yang ditulis wartawan hanya untuk mengejar traffic di google. Akibatnya, banyak tulisan wartawan dangkal, apa adanya, instant, tidak berbobot, bahkan sering kali keliru. Tentu saja itu semua menjadi keprihatinan bersama.

"Saya masih ingat betul pesan Romo Sindhunata, bahwa Kerja Jurnalistik itu Kerja Kaki, wartawan harus di lapangan," kata Langgeng Widodo, dari Harian Suara Merdeka.

Sementara itu di sesi pertama, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prartowo menjelaskan tentang kebijakan moneter bank sentral dalam mendukung pemulihan ekonomi di masa pandemi, khususnya di Kota Solo.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x