Dengan Bahan Seadanya, Kualitas Mebel China masih Bagus, Bagaimana dengan Kita?

- 21 Maret 2022, 17:11 WIB
Rapat Kerja Nasional HIMKI di Solo, Jumat (18/3).   
Rapat Kerja Nasional HIMKI di Solo, Jumat (18/3).   /Langgeng Widodo/

KARANGANYARNEWS-Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Nasional, Abdul Sobur mengatakan, mayoritas industri mebel di dunia masih dikuasai China, hingga saat ini.

"Secara teknologi mebel produksi mereka jauh lebih bagus dibanding produksi kita, lagi pula produksinya juga lebih banyak," kata Abdul Sobur saat ditemui di sela acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) HIMKI di Solo, Jumat (18/3).

Namun saat ini China kesulitan mengakses bahan baku. Selama ini sebagian besar bahan baku utama mebel di China dipasok Rusia. Sedang Rusia saat ini tengah berkonflik dengan Ukraina. Menurut dia, kondisi seperti itu justru rawan untuk industri mebel dalam negeri.

Sebab China masih menguasai industri mebel dunia. Dengan terpengaruhnya industri mebel China, maka akan berpengaruh pada seluruh industri mebel di dunia. Sehingga, kalau tidak berhati-hati industri Indonesia justru anjlok.

Makanya, HIMKI minta pemerintah untuk memperkecil penampang pengaruh. Asosiasi itu minta eksisting ke pemerintah. Kalau diperlebar penampangnya China bisa mengambil (bahan baku) lebih besar ke Indonesia.

Pasalnya, kaata dia, saat ini China sedang mencari subtitusi bahan baku karena situasi di Rusia. Di sisi lain, Indonesia merupakan penghasil kayu paling besar.

”Ini bukan peluang. Sebab kita kan jualannya bukan bahan, kita jualan barang jadi. Kalau kita jualannya bahan, furniture-nya tidak terpakai. Makanya ini jadi tantangan yang besar,” ucapnya.

Selain itu, industri furniture dari China secara kualitas dianggap paling baik. Meski bahan bakunya tak sebaik yang dimiliki Indonesia. ”Kelebihannya kita, kita punya solid wood, seperti jati, mahoni dan rotan. Tapi secara engineering kita masih kalah,” ucap Sobur.

Sementara itu data dari HIMKI menunjukkan, potensi pasar mebel dunia mencapai 500 miliar Dolar AS. Dan Indonesia baru menguasai sekitar 3,4 miliar Dollar AS. "Prosentasenya masih sangat kecil. Kalau saja kita bisa menguasai lima persen saja. Ini sudah sangat bagus,” katanya.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah