Perbankan Diminta Ubah Cara Pandang Penyaluran Kredit UMKM, Ini Alasannya

12 November 2021, 19:46 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka memberi penjelasan pada media, usai Roadshow Klinik UMKM di Solo Technopark, Surakarta, Jumat (12/11/2021). /Langgeng Widodo/

KARANGANYARNEWS-Perbankan diharapkan mengubah cara pandang dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Bila selama ini dalam penyaluran kredit lebih dominan dengan pola pandang terhadap ketersediaan aset dan kekuatan agunan, sebaiknya sudah mulai menilai dari sisi kelayakan usaha atau cashflow UMKM.

Harapan ituvMenteri Koperasi dan UKM Teten Masduki ketika membuka Roadshow Klinik UMKM bertajuk Berdayakan UMKM, Lahirkan Pahlawan Digital Baru, di Solo Technopark, Surakarta, Jumat (12/11/2021).

Hadir pula dalam kesempatan itu, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, CEO Bukalapak Rahmat, dan Direktur Solo Technopark Yudit Cahyantoro.

Oleh karena itu, lanjut Teten Masduki, digitalisasi UMKM tidak hanya fokus pada sisi promosi, pemasaran, dan penjualan saja. Tapi lebih dari itu, seperti dalam transaksi, laporan keuangan, dan pengelolaan bisnis lainnya.

Sehingga, perbankan bisa melihat dengan jelas kelayakan usaha dan  cashflow UMKM secara digital. "Kredit perbankan bagi UMKM yang saat ini baru 19,8 persen, akan ditingkatkan menjadi di atas 30 persen di 2024," kata Menkop UKM.

Untuk membantu agar pelaku UMKM bisa scaling-up dengan digitalisasi, lanjut Teten Masduki, pemerintah sudah menciptakan ekosistemnya, baik dari sisi supply maupun demand. Itu semua sudah tertuang dalam UU Cipta Kerja. Aturan itu sudah masuk dalam tahap implementasi.

Hingga saat ini, kata Teten Masduki, setidaknya 16,4 juta UMKM telah terhubung ke ekosistem digital. Angka ini meningkat hampir 105 persen. Target hingga 2024 sebanyak 30 juta UMKM sudah onboarding di platform platform digital.

"Kami akan lebih menyasar pelaku usaha mikro yang jumlahnya masih sangat dominan," jelas Menkop UKM.

Sementara itu untuk mengurangi jumlah usaha mikro dengan strategi scaling-up, Teten Masduki meminta para kepala daerah mengembangkan keunggulan domestik yang dimiliki. Menurutnya, keunggulan domestik itu harus dikembangkan. Daerah yang pilih sendiri sektor mana yang bisa di-scaling up.

Meski demikian, kata Teten Masduki, program digitalisasi dan scaling-up akan lebih diarahkan pada UMKM yang berbasis kreativitas hingga berbasis teknologi agar bisa masuk rantai pasok industri.

"Jangan membuat produk yang sudah dihasilkan usaha besar karena UMKM pasti kalah. Kita harus masuk ke rantai pasok mereka, seperti sektor furnitur, otomotif, elektronik, dan sebagainya," tandas Menkop UKM.

Wali Kota Gibran Rakabuming Raka menambahkan, pihaknya tidak henti hentinya mengajak pelaku UMKM untuk bertransformasi ke digital agar pasar produknya lebih terbuka dan luas.

"Saya melihat, daya beli masyarakat masih cukup terjaga untuk menopang pertumbuhan UMKM, khususnya di Solo," kata putra sulung Presiden Joko Widodo itu.

Sementara itu, CEO Bukalapak Rahmat Kaimuddin menjelaskan, Klinik UMKM berfungsi untuk memberdayakan UMKM dengan menyiapkan pasar digital. Selain itu, pihaknya juga memodernisasi warung sebagai Mitra Bukalapak lewat digitalisasi.

Namun, diakui, Bukalapak tidak bisa melakukan sendiri. "Kami menyiapkan infrastruktur pasar digital dan hal lainnya, seperti pembinaan dan inkubasi yang disinergikan dengan pihak lain. Makanya, kita bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM,” katanya.

Rahmat juga menyatakan, tantangan yang dihadapi UMKM sangat kompleks dan beragam. Mulai dari tidak adanya infrastruktur yang mampu membuat usaha mereka lebih berkembang, kurangnya permodalan untuk memperbanyak variasi produk, hingga tidak meratanya adopsi teknologi.

“Dan juga masih minimnya inklusi keuangan yang mempersulit mereka melakukan transaksi," papar Rahmat.

Editor: Langgeng Widodo

Tags

Terkini

Terpopuler