Spirit Jiwa Jawi Ki Buyut Lawu
BULAN Sura menurut tuntunan spirit spiritual Jawa, dimaknai sebagai bulan ‘laku’ atau perjalanan spiritual keprihatinan.
Banyak juga yang menganggap bulan Sura saatnya introspeksi atau mawas diri. Waktunya kontemplasi, membersihkan katarak jiwa serta mensucikan noktah hitam dalam hati.
Laku spiritual selama satu bulan ini, selain merancang dan menata kepribadian dimaksud juga untuk mengendalikan hawa nafsu.
Baca Juga: Tahun Baru Islam, Jokowi: Momentum Perkuat Ikhtiar Lawan Pandemi
Dengan bertumpu kekuatan serta kesadaran spiritual, diyakini perjalanan spiritual jiwa dan raga ini dapat menyingkirkan ‘sengkala’ maupun ‘sukerta’ jiwa raga manusia, untuk menggapai harapan serta cita-cita luhurnya.
Bulan Sura, menurut tradiisi yang hingga sekarang masih diyakini sebagian besar orang Jawa, diyakini juga sebagai bulan keramat dan sakral. Warga masyarakat yang memiliki talenta sensitivitas spiritual ‘alam tan kasat mata’ (sering disebut juga indra ke enam), mengnggap sebagai bulan paling istimewa dibandingkan sebelas bulan lainnya.
Sura yang dalam bahasa Jawa Kawi berarti ‘dewa’, dan dalam kamus Bahasa Jawa ‘gagrag anyar’ berarti ‘wani’ (berani), diprecaya juga sebagai momentum paling tepat untuk ‘ngesuh’ budi dan ngeningke cipata rasa karsa. Selebihnya, disebut juga sebagai wahana paling jitu untuk memohon berkah karomah anugerah ‘Gusti Kang Maha Welas lan Maha Asih’.
Baca Juga: Tahun Baru Hijriah: Perkuat Spirit Hijrah dan Semangat Gotong Royong