Dari emapat raja dinasti Kerajaan Pura Mangkunegaran yang dimakamkan di Astana Girilayu (generasi sebelum Mangkunegara IX), sosok paling legendaris adalah Sri Paduka Mangkunegara IV.
Bahkan di mata para penguasa Belanda yang kala itu menjajah Nusantara, Mangkunegara IV disebut-sebut sang tokoh pembaru perekonomian bangsa terjajah.
Baca Juga: Menyapa Hantu ‘Omah Demit’ di Bukit Patrum, Bayat, Klaten
Salah satu peninggalan monumentalnya yang hingga kini masih ada, Pabrik Gula (PG) Tasikmadu dan PG Colomadu. PG Tasikmadu, hingga kini masih beroperasi. Sedangkan PG Colomadu, beralih fungsi menjadi destinasi pariwita.
Setelah mendirikan dua pabrik gula tadi, Mangkunegara IV sudah punya pemikiran, perlunya alat angkut modern untuk mengangkut tebu dari lokasi penanaman ke pabrik gula sekaligus ke tempat distribusi gula produk pabriknya.
Dibangunlah rel jalur lokomotif, untuk sarana transportasi hulu hilir produktifitas gula tadi. Hingga era 80-an bentangan rel yang melewati tengah persawahan tadi, masih ada di hampir seluruh wilayah Surakarta. Beberapa diantaranya, bahkan masih ada yang difungsikan.
Baca Juga: Viral Media, Kades Klaten Kini Sering Jadi Pembicara Nasional
Terkait pembangunan Astana Girilayu yang tercatat dalam sejarah tahun 1881, paling spektakuler adalah pemakaman Mangkunegara IV. Hampir seluruh material bangunannya, didatangkan dari Negeri Belanda.
Kala itu dengan transportasi kapal laut, melalui pelabuhan Semarang. Transportasinya ke Surakarta menggunakan kereta api, sampai Giribangun dengan gerobak yang ditarik sapi atau kuda.
Material bangunan yang diimport dari Negeri Belanda diantaranya besi untuk pintu makam, jendela, hingga marmer yang keselurahannya berkulitastas tinggi. Untuk ukuran sekarang, makam Mangkunegara IV di Girilayu ini dapat disebut makam termewah sepanjang jaman.