KARANGANYARNEWS - Sejak sekian generasi sebelumnya, memang sudah disebut Omah Demit. Rumah Hantu, bahasa Indonesaianya. Bangunannya tidak panjang dan lebar, tak lebih seukuran ‘jeding’, kamar mandi di pedesaan.
Mungkin karena tempatnya menyendiri di puncak bukit, jauh terpencil dari pemukiman masyarakat. Jangankan malam hari yang tiada penerangan listrik, siang hari pun sepi dikarenakan memang tak berpenghuni.
Lebih terkesan menyeramkan lagi, tidak ada akses jalan naik menuju rumah hantu. Bangunan tua bersejarah berada di puncak Bukit Patrum, Dusun Mojo Pereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Baca Juga: Jejak ‘Juragan’ Terkaya se Pulau Jawa Terkubur di Ampel, Boyolali
Beberapa warga setempat membenarkan, bangunan berdinding tembok yang hingga kini masih berdiri tegak dan kokoh itu, memang bukan bekas tempat tinggal atau rumah hunian warga.
“Bangunan bersejarah, peninggalan jaman penjajahan Belanda. Menurut kakek dan nenek kami, dulu diperuntukkan menyimpan ‘dinamit’ (bahan dan peralatan peledak) pemecah batuan kapur,” kata Hardi, 73 tahun.
Warga Dusun Mojo Pereng itu juga menjelaskan, semasa penjajahan Belanda Bukit Patrum dijadikan pusat penambangan batu kapur. Selain dijadikan bahan bangunan, batu kapur dimanfaatkan juga untuk pengolahan tebu di Pabrik Gula (PG) Gondang Winangun, dalam sejarah tertulis berdiri sejak tahun 1860.
Baca Juga: Eksotik Nan Sensasional, Hutan Salju Ala Eropa Ada di Gunung Lawu
Untuk lebih mempermudah dan mempercepat proses menambang batu kapur, Belanda menggunakan peralatan dan bahan peledak, masyarakat setempat menyebutnya ‘dinamit’.