Sega Jamblang Dan Sejarah Kerja Paksa Di Cirebon

- 28 Januari 2022, 22:25 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menikmati sega jamblang di sebuah warung nasi saat mampir di Kabupaten Cirebon, baru-baru ini.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menikmati sega jamblang di sebuah warung nasi saat mampir di Kabupaten Cirebon, baru-baru ini. /Humas Pemprov Jateng/

KARANGANYARNEWS-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo begitu lahap ketika makan sega jamblang atau nasi jamblang di sebuah warung saat melakukan perjalanan di Cirebon, Jawa Barat, baru-baru ini.

Kenikmatan makin menjadi manakala saat makan Ganjar tidak memakai sendok alias dipuluk, dalam bahasa jawa. Lauknya yang beraneka ragam menambah nafsu makan Gubernur Jawa Tengah itu.

"Nagih banget rasanya. Kalau kamu mampir ke Cirebon harus menyantap sega jamblang ini," kata Gubernur Ganjar Pranowo.

Nasi jambalng atau sega jamblang dari Cirebon memang sudah masyur. Nama jamblang diambil dari nama desa, yakni Desa Jamblang, Cirebon bagian barat. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan buah jamblang atau duwet, dalam Bahasa Jawa.

Menurut Awang, pemilik warung Nasi Jamblang di Palimanan Cirebon, ada. 12 lauk dalam kudapan nasi jamblang itu. Dari sambal goreng, bacem ampela, perkedel, sayur tahu, kering tempe, sampai cumi-cumi.

Namun dari 12 macam lauk itu, yang tidak pernah tertiggal adalah lauk cumi-cumi atau ikan sotong dengan kuahnya yang hitam dan kental.

"Ciri khas dari sega jamblang adalah nasinya yang dibungkus daun atau godong jati," kata Awang menjelaskan.

Dalam kaitannya dengan bungkus daun jati itu, konon dalam sejarahnya, sega jamblang itu untuk para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati Kabupaten Cirebon.

Kenapa sega jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, supaya sega atau nasinya tahan lama atau tidak cepat basi, sebab daun jati ada porinya, tidak seperti daun pisang.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah