Gawat..! 1 Suro Jatuh pada Tumpak Mendha, Ancaman Konflik dan Wabah Penyakit akan Membayangi

1 Agustus 2022, 22:57 WIB
Ilustrasi. Ancaman wabah penyakit akan muncul bersamaan dengan jatuhnya Suro di Tumpak Mendha /Pixabay/

KARANGANYARNEWS - Sebagaimana umumnya masa pergantian tahun, datangnya bulan Suro juga diikuti dengan serangkaian harapan, agar kondisi di tahun yang akan datang menjadi lebih baik.

Karena itulah berbagai bentuk tirakat atau ritual untuk memohon pertolongan kepada Tuhan senantiasa dilakukan.

Pertolongan dari Tuhan memang menjadi satu-satunya jalan dalam menghadapi sebuah krisis akibat pengaruh datangnya bulan Suro.

Salah satunya yang kemungkinan akan datang. Karena tanggal 1 Suro pada tahun 2022 ini jatuh pada hitungan Tumpak Mendha.

Baca Juga: Ngeri..! Datangnya Bulan Suro 2022 Bakal Diiringi Bencana Kekeringan dan Krisis Pangan. Ini Penjelasannya

Tumpak Mendha sendiri memiliki tanda-tanda alam dalam bentuk hujan yang sedikit dan berkurangnya kesuburan tanah.

Ini berarti bencana kekeringan akan mengancam di tahun depan, yang diikuti dengan turunnya produktifitas pertanian.

Lebih dari itu, 1 Suro yang jatuh pada tanggal 29 Juli 2022 jatuh pada hari Sabtu Pahing, yang memiliki neptu 18.

Angka ini diyakini membawa pengaruh kurang baik pada perjalanan kehidupan di muka bumi di tahun depan.

"Suro yang jatuh pada neptu 18 akan membawa petunjuk geni kang lumaku mengalor marang lintang. Atau api yang berjalan ke utara menuju bintang. Artinya bahwa situasi yang muncul akan terasa panas. Dan hal ini bisa memicu munculnya berbagai permasalahan," jelas budayawan Edi Ristiono, dari Maospati, Magetan dalam sebuah sambungan telepon beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Berharap Jalan Terang di Tahun Depan, Warga Solo Gelar Ritual Andum Sego Ruwet di Malam 1 Suro

Permasalahan yang dimaksud di sini adalah potensi konflik yang terjadi di tengah masyarakat, terlebih sebentar lagi memasuki tahun politik.

Tak hanya itu, energi alam yang muncul akibat jatuhnya Suro di neptu 18 adalah banyaknya wabah penyakit.

Hal ini bisa jadi benar, terutama bila dikaitkan dengan masa pandemi yang disebut belum selesai.

Sebab berbagai kerusakan di alam serta krisis yang melanda dunia, pada dasarnya disebabkan oleh karena umumnya masyarakat sekarang ini selalu ingin mendapatkan sesuatu tanpa harus bersusah payah.

Ujung-ujungnya, tindakan yang dilakukan adalah tindakan melanggar hukum. 

“Inti dari datangnya bulan Suro adalah bagaimana kita bisa meningkatkan tenggang rasa dalam diri kita. Sebab dengan bisa selalu bertenggang rasa maka kita tidak akan pernah mengganggu orang lain yang tengah menjalankan tirakat. Sehingga kehidupan yang tenang dan damai pun akan tercipta," lanjutnya.

Dengan menjaga tenggang rasa maka berbagai permasalahan hidup akan bisa diatasi dengan baik. Termasuk masalah krisis yang melanda. 

Baca Juga: Bagikan Quran Jawi di Malam 1 Suro, Begini Harapan Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta Hadiningrat

Saling tenggang rasa akan membuka pandangan tiap orang untuk bisa selalu bahu membahu mengatasi masalah secara bersama-sama.  

Salah satu upaya yang bisa dilakukan di tengah keterpurukan yang terjadi menurut Kresno adalah, menjalin hubungan yang baik lagi dengan alam. 

Contohnya, penghijauan kembali hutan-hutan yang gundul. Yang tentu akan bisa sedikit mengurangi resiko terjadinya bencana alam seperti tanah longsor dan banjir. 

Sehingga beban yang dipikul masyarakat juga tidak akan semakin berat. 

“Hidup kita pada dasarnya tidak akan bisa lepas dari pengaruh alam. Karenanya, dengan menjaga hubungan yang harmonis dengan alam, tentu akan membawa kita pada kehidupan yang lebih baik. Tidak akan ada lagi bencana tanah longsor, banjir atau yang lainnya bila alam di sekitar kita, terjaga dengan baik. Karena itu, di tengah kondisi yang serba sulit ini, ada baiknya kalau kita mencoba memperbaiki lagi harmonisasi hubungan kita dengan alam sekitar,” pungkas pria yang akrab disapa Ki Lawu Maospati ini. ***

Editor: Andi Penowo

Tags

Terkini

Terpopuler