Bencana Besar Berpotensi Terjadi, BMKG Minta Pemda Serius Atasi Perubahan Iklim

- 9 Agustus 2021, 13:58 WIB
BMKG meminta komitmen pemda dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, mengingat potensi bencana di Indonesia (Foto ilustrasi banjir: Pixabay/WikiImages)
BMKG meminta komitmen pemda dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, mengingat potensi bencana di Indonesia (Foto ilustrasi banjir: Pixabay/WikiImages) /

KARANGANYARNEWS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta komitmen penuh pemerintah daerah 9Pemda) dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Peran pemerintah daerah dinilai sangat penting karena laju pembangunan di daerah sangat masif.

"Aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim butuh komitmen politik karena harus dimulai dari kepala daerah yang diwujudkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam webinar yang digelar Deputi Bidang Klmatologi BMKG baru-baru ini.

Menurutnya, pemerintah kabupaten/kota harus mempersiapkan berbagai kemungkinan terburuk dari bencana alam serta dampak perubahan iklim.

Baca Juga: Sejumlah Perusahaan BUMN Dukung Operasionalisasi Kapal Isoman Terapung

Beberapa bencana berpotensi terjadi, di antaranya badai tropis, banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan kekeringan yang diprediksi akan lebih sering terjadi dengan intensitas lebih kuat.

Selain itu juga mencairnya es di puncak Jaya Wijaya Papua, diprediksi BMKG akan punah di 2025 dan naiknya muka air laut.

Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim sudah mendesak harus dilakukan segera untuk mencegah risiko dan kerugian lebih besar.

Dwikorita Karnawati menyebut, mengatasi persoalan perubahan iklim adalah tugas cukup menantang.

Pasalnya, ini membutuhkan komitmen gotong royong dan koneksitas kuat dari level pusat hingga daerah.

Baca Juga: Tanpa Messi Barcelona Tetap Berjaya, Kalahkan Juventus 3-0

"Jika komitmen hanya dilakukan satu daerah saja, maka hal tersebut menjadi kurang berarti. Kita harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim ini adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi," ujarnya dalam siaran pers, Senin, 9 Agustus 2021.

Dwikorita Karnawati membeberkan sejumlah fakta dirilis World Meteorological Organization (WMO) di mana suhu 2020 menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat, meski terjadi La Nina.

Selain itu, temperatur rata-rata global permukaan bumi saat ini sudah mencapai 1,2 derajat Celcius lebih tinggi daripada 1850-an.

Di Indonesia sendiri, lanjut Dwikorita Karnawati, berdasarkan pengamatan BMKG, 2020 merupakan tahun terpanas kedua dalam catatan.

Pengamatan dari 91 stasiun BMKG menunjukkan suhu rata-rata permukaan pada 2020 lebih tinggi 0,7°C dari rata-rata periode referensi 1981-2010.

Baca Juga: Hasil MotoGP Styria 2021: Jorge Martin Juara, Rossi dan Marquez Memble

Situasi ini, kata dia, memicu pergeseran pola musim dan suhu udara yang mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi.

Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi kondisi kekeringan ekstrem, namun juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara.

"Saya berharap fakta-fakta ini dapat perhatian kita bersama guna mencegah pemanasan global semakin parah," pungkasnya. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x