Gelombang Panas sedang Terjadi di Indonesia? Ini Penjelasan BMKG

- 20 Oktober 2021, 16:56 WIB
BMKG menanggapi pesan berantai di media sosial, termasuk WhatsApp bahwa gelombang panas kini melanda Negara Indonesia (Foto Ilustrasi: Pixabay/Geralt)
BMKG menanggapi pesan berantai di media sosial, termasuk WhatsApp bahwa gelombang panas kini melanda Negara Indonesia (Foto Ilustrasi: Pixabay/Geralt) /

KARANGANYARNEWS - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi pesan berantai beredar di berbagai platform media sosial, termasuk aplikasi pesan instan WhatsApp bahwa gelombang panas kini melanda Negara Indonesia.

Disebutkan, kini cuaca sangat panas, suhu pada siang hari bisa mencapai 40 derajat Celcius, dianjurkan untuk menghindari minum es atau air dingin.

Kabar ini tentu tidak tepat dan tidak benar (hoax) sebab kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas.

Baca Juga: BMKG: Waspada La Nina dan Peningkatan Risiko Bencana Hidrometeorologi

BMKG dalam siaran persnya menjelaskan, gelombang panas terjadi pada wilayah terletak pada lintang menengah dan tinggi.

Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.

Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa.

Biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai kelembapan udara tinggi.

Adapun untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya lima derajat Celcius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut.

Apabila suhu maksimum itu terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari.

Baca Juga: Teror Pinjol Ilegal, Sebarkan Pornografi Korban di Medsos

Dalam sistem tekanan tinggi itu, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut.

Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area itu, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.

Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari, suatu siklus biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Saat ini, berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, memang suhu tertinggi siang hari ini mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.

Tercatat suhu > 36 °C terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi, dan Semarang pada catatan meteorologis 14 Oktober 2021.

Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I, Medan 37,0 °C.

Namun catatan suhu ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum pada wilayah ini, masih berada dalam rentang variabilitasnya di Oktober.

Baca Juga: Primbon Jawa, Inilah 6 Jodoh Pinasti Neptu Weton Rabu Wage

Setidaknya suhu maksimum yang meningkat dalam beberapa hari ini dapat disebabkan beberapa hal:

  1. Pada Oktober, kedudukan semu gerak matahari tepat di atas Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam perjalannya menuju posisi 23 Lintang Selatan setelah meninggalkan ekuator.

Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi dua kali, yakni pada September/Oktober dan Februari/Maret, sehingga puncak suhu maksimum terasa di wilayah Jawa hingga NTT terjadi di seputar bulan-bulan tersebut.

  1. Cuaca cerah juga menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.

Kondisi itu berkaitan dengan adanya Siklon Tropis KOMPASU di Laut Cina Selatan bagian Utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan serta menjauhi wilayah Indonesia, sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah - berawan dalam beberapa hari terakhir. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x