Jejak Sejarah Angkringan (4), Dari ‘Mlangkring’ Populerlah Angkringan

- 26 September 2021, 13:40 WIB
Dari kata ‘angkring’ tempat makanan dan minuman yang dijajakan dipikul keluar masuk kampong, atau bisa juga dari kata ‘mlangkring’ pembelinya lebih suka mengangkat kaki pada ‘dingklik’ panjang tempat duduknya
Dari kata ‘angkring’ tempat makanan dan minuman yang dijajakan dipikul keluar masuk kampong, atau bisa juga dari kata ‘mlangkring’ pembelinya lebih suka mengangkat kaki pada ‘dingklik’ panjang tempat duduknya /dok cas outhuys/

KARANGANYARNEWS - Dirunut dari etimologi, angkringan  dari kata ‘angkring’, ‘mlangkring’ atau ‘nangkring’. Ketiganya, jejak sejarah kian melegendanya angkringan, kini lebih popular disebut HIK.

Dalam bahasa Jawa angkringan berasal dari kata ‘angkring’, berarti peralatan jualan keliling yang dipikul atau dipanggul. Jika yang dimaksud angkringan itu   berasal dari kata ‘angkring’, keberadaanya di Kota Solo sudah berusia seabad lebih.

Penelusuran sejarah yang ditemukan, tanggal 28 Januari 1918 Djawi Hiswara, seorang wartawan di Kota Bengawan, menulis terminologi kata dalam Bahasa Jawa ‘angkring’ ini,   dalam berita di media tempatnya bekerja.

Baca Juga: Jejak Sejarah Angkringan (1), Berawal dari Keterpurakan Nasib Karso Dikromo

Dalam waktu yang hampir bersaam, sebagaimana hasil temuan arsip di Perpustakaan Nasional (Jakarta), koran lawas terbitan Surakarta memuat tulisan terkait ‘angkring’, diartikan keranjang atau kotak kayu disertai pikulan, untuk mewadahi panganan dan air minum teh maupun kopi.  

Dituliskan juga, menjamurnya angkringan di Kota Solo, buntut  kehadiran listrik yang menerangi paras kota di malam hari, permulaan abad XX. Perkembangan berikutnya, pengertian angkring ditulis juga pakar kamus, Poerwadarminta dalam  bukunya ‘Bausastra Jawa’ (1939).

Dijelaskan,  ‘angkring’  adalah pikulan dan perangkatnya (kothakan wadhah pangangan) yang dipakai untuk menjajakan bakmi, soto, minuman, jajanan dan lainnya secara keliling.

Baca Juga: Jejak Sejarah Angkringan (2), Spirit Mbah Karso Dikromo Merambah ke Jogjakarta

Dari penelusuran asal-usul kata tadi, merunut bakul angkringan Tempo Doeloe berjualan keliling, menjemput pembeli keluar-masuk gang perkampungan. Selain menyasar kampung, mereka juga memikul dagangan bergenteyongan dari keramaian satu ke tempat keramaian lainnya.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x