Network
Film ini memang hanya fokus pada kisah Putri Diana diambang perceraiannya. Perasaan ragu, takut dan kesedihan digambarkan dengan menakjubkan oleh Pablo.
Kisah mengalir saat Sang Putri menghabiskan libur Natal bersama keluarga kerajaan tahun 1992 di perkebunan Sandringham, Norfolk.
Pada akhir pekan itulah Putri Diana memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya dengan Pangeran Charles, sekaligus menanggalkan gelar bangsawan.
Baca Juga: Satria Dewa: Gatotkaca Rilis Teaser Perdana, Film Lokal Penuh CGI
Sebuah keputusan dari kenyataan yang berat yang dihadapainya. Sebagai Putri, dia berada di pusaran kekuasaan, dan tradisi yang luar biasa. Momen saat Diana tersesat, kesal, dan marah ketika merasa dikhianati.
Di tengah kondisi semacam itulah kerinduan Putri Diana akan kebebasan, dan hifup sebagai wanita biasa muncul. Terlebih isu perselingkuhan suaminya semakin santer.
Pablo menyebut film ini adalah gambaran Putri Diana saat memutuskan keluar dari istana berikut kesadarannya akan menjadi wanita seperti sebelum bertemu Pangeran Charles.
Baca Juga: Film Before, Now & Then, Kisah Perempuan di Tengah Intrik Politik dan Keluarga Tahun 1960-an
Spencer, kata Pablo, seperti mimpi terbalik. Para pangeran biasanya mencari putri, kemudian membawanya ke istana untuk dijadikan ratu.
“Itu dongeng. Ketika seseorang memutuskan untuk tidak menjadi ratu, meninggalkan istana, dan memilih menjadi diri sendiri itu adalah keputusan besar. Sebuah dongeng terbalik,” ujarnya.
