Bukan Pemicu Penyakit Berbahaya, Nikotin Justru Bermanfaat Bila Cara Mengonsumsinya Tepat

- 21 Juli 2022, 22:14 WIB
Ilustrasi merokok untuk menikmati nikotin
Ilustrasi merokok untuk menikmati nikotin /Pixabay/audreysteenthaut/

KARANGANYARNEWS - Pandangan bahwa nikotin menjadi pemicu berbagai penyakit berbahaya selama ini terus didengungkan, untuk mengurangi kebiasaan merokok di masyarakat.

Namun demikian, perdebatan terkait hal ini masih terus berkecamuk, karena ada yang berpandangan bahwa hal itu tidak sepenuhnya benar.

Pandangan ini muncul karena melihat bahwa nikotin juga memiliki manfaat tertentu untuk kesehatan, asalkan dikonsumsi dengan tepat. Sehingga penyakit berbahaya muncul karena cara mengonsumsi nikotin yang salah.

Dikutip dari Antara, hal itu disampaikan oleh Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus Ahli Toksikologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat, yang mengungkap empat fakta terkait nikotin.

Nikotin bukan karsinogen

Penelitian dari Lembaga Riset Kanker Internasional atau The International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa nikotin tidak terbukti sebagai zat karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

Baca Juga: Pentingnya Perluasan Informasi Terkait Tembakau Alternatif

Lantas, mengapa rokok sering kali dianggap sebagai salah satu produk olahan tembakau yang berpotensi menyebabkan kanker?

Jawabannya adalah karena untuk mengonsumsinya, rokok perlu dibakar dan menghasilkan asap.

Asap tersebut diperkirakan mengandung sekitar 5.000 senyawa di mana beberapa di antaranya bersifat toksik hingga dapat memicu timbulnya kanker.

WHO mencatat ada sembilan bahan toksik dalam rokok yang disebut senyawa berbahaya dan berpotensi berbahaya (Harmful or Potentially Harmful Constituents atau HPHC).

Cara konsumsi nikotin

Secara klasik, nikotin bisa diperoleh dengan cara merokok. Belakangan ini, beragam alat konsumsi nikotin (nicotine delivery system/NDS) terus berkembang. Sebut saja produk tembakau alternatif seperti produk tembakau dipanaskan, rokok elektrik, dan juga kantong nikotin.

Dikarenakan tidak melalui proses pembakaran dan tidak menghasilkan asap, produk-produk alternatif ini memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok.

Jadi, bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti, bisa beralih ke produk yang memiliki profil risiko yang lebih rendah ini.

Benarkah tembakau alternatif lebih rendah risiko?

Masih berdasarkan penjelasan Shoim, dari aspek toksikologi, risiko seseorang terkena penyakit oleh paparan kimia sebanding dengan dosis paparannya. Jadi semakin tinggi dosis paparannya, semakin besar pula risiko yang mengintai.

Baca Juga: Perokok Negara Maju Kini Lebih Memilih Produk Tembakau Alternatif. Ini Alasannya

Secara umum, zat kimia dalam asap rokok dipilah menjadi tiga yaitu: partikulat, air, dan nikotin.

Berat total partikulat dikurang dengan berat air dan berat nikotin disebut sebagai TAR. Di dalam TAR inilah zat-zat kimia yang disebut HPHC berada.

Seiring dengan perkembangan inovasi dan teknologi terbaru, hadir berbagai produk tembakau alternatif yang berhasil mengeliminasi proses pembakaran bersuhu tinggi melalui lewat teknik pemanasan dengan suhu yang tidak melebihi 350 derajat Celsius, sehingga tidak lagi menghasilkan TAR.

Suhu itu cukup untuk menguapkan nikotin sehingga HPHC-nya menjadi lebih rendah daripada yang dihasilkan oleh rokok.

Halaman:

Editor: Andi Penowo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x