Meski Pemerintah sudah Membuka Pintu Ibadah Umrah, tapi Jamaah Masih Sulit Menjalankan

12 Januari 2022, 16:31 WIB
Salah seorang jamaah, Retno Andriyani, tengah melintas di depan Masjid Kuba Madinah, saat ziarah di Madinah sebelum melaksanakan ibadah umrah, baru baru ini. /Dokumen Pribadi/


KARANGANYARNEWS-Kendati pemerintah sudah mulai membuka ibadah umrah ke tanah suci, namun masih sulit bagi para jamaah untuk melaksanakannya.

Sekretaris DPD Amphuri Jawa Tengah Retno Andriyani mengatakan, banyak persyaratan dan proses yang sulit dipenuhi. Contoh, jamaah harus menjalani perjalanan lebih dari 20 hari karena adanya karantina yang cukup lama.

Yakni, karantina sehari di Jakarta sebelum berangkat, tujuh hari di Madinah, empat hari di Mekkah, dan karantina tujuh hari di tanah air sepulang dari Arab Saudi.

Di waktu normal, perjalanan umrah dari pemberangkatan di tanah air, sampai ke tanah suci, hingga pulang kembali ke tanah air maksimal sembilan hari.

Selain lamanya waktu, kata Andri, biaya juga menjadi masalah. Sebab, dengan lamanya waktu yang diberlakukan dalam situasi pandemi seperti ini, otomatis biaya akan membengkak, bahkan dua kali lipat.

"Makanya, bagi jamaah yang punya uang, belum tentu bisa berangkat umrah karena lamanya waktu. Apalagi bagi para pekerja, sulit mendapatkan izin cuti selama itu," kata owner biro perjalanan haji dan umrah Hajar Aswad itu, Rabu (12/1/2022).

"Demikian pun yang punya waktu, juga belum tentu bisa berangkat umrah, apalagi bersama keluarga. Sebab, biayanya berliapat-lipat," kata dia yang kini tengah menjalani karantina di Jakarta, sepulang dari tanah suci.

Dengan pengalaman 20 hari perjalanan umrah serta ditambah biaya yang naik hingga dua kali lipat itu, Andri yang berangkat umrah akhir Desember 2021 lalu akan membagikan pengalaman tersebut pada para calon jamaah.

Kemudian menawarkan pada para jamaah, terutama yang sudah mendaftar di Hajar Aswad, apakah tetap berangkat dalam kondisi seperti sekarang ini atau menunggu sampai kondisi benar-benar normal. Pihaknya tidak ingin grusa-grusu, ini demi kenyamanan para jamaah.

"Walau 20 hari perjalanan yang harus dijalani, tapi saya yakin, tapi kalau memang sudah niat dan rindu untuk ke baitullah, maka semua terbayar dengan nikmatnya ibadah dan kerinduan yang telah ditahan selama dua tahun," kata Andri.

Dan karena suasana di raudhah sangat nyaman maka bisa khusuk berdoa hingga 20 menit tanpa di usir sama askar di sana. Padahal sebelum pandemi untuk jamaah perempuan, lima menit saja sudah di usir oleh askar atau penjaga masjid.

"Jadi sekali lagi, kembali ke pilihan jamaah, apakah menunggu atau menuntaskan rindu dengan 20 hari perjalanan," tandasnya.

Editor: Langgeng Widodo

Tags

Terkini

Terpopuler