Dikisahkan, berdarah Eropa gaya hidup Tinus seperti seorang bangsawan Jawa. Sumber lainnya, Pendeta S. Buddingh menuturkan, kediaman Tinus dibangun berarsitektur rumah bangsawan Keraton Surakarta Hadiningrat atau layaknya kediaman para bupati di pulau Jawa.
Kediamannya, juga dilengkapi kebun binatang dan tembok tebal yang mengelilingi rumah seperti benteng keratin yang diperkuat bastion dan gardu pengawas.
Baca Juga: Horoskop Jawa Melenial: Menyingkap 5 Tabir Misteri Kehidupan
“Umur 18 tahun Tinus menikahi Johanna Dorothe Boode, tiga tahun setelah menikah sebagai siasat agar dapat memperluas tanah perkebunannya, Tinus menikahi kerabat Raja Surakarta bernama Raden Ayu Tjokrokoesoemo,” terang nara sumber tadi.
Sedangkan menurut pemerhati budaya dari Forum Budaya Mataram, BRM. Kusumo Putro menjelaskan, terjadinya Perang Jawa melawan Pemerintahan Kolonial Belanda (1825-1830), mengancam keberlangsungan usaha waralaba Tinus.
Untuk menjamin keamanan bisnisnya, Tinus terpaksa mengeluarkan biaya besar, untuk mempekerjakan 1.500 serdadu asing yang kala itu disebut Detasemen Dezentje.
Baca Juga: Tak Hanya Peduli Nakes, di Sukoharjo Okan Carnelius Juga Bagi-bagi Kasur
Diceritakan, detasemen ini merupakan hulptroepen atau pasukan pembantu militer Belanda. Atas permintaan Jenderal De Kock, Dezentje yang disewa Tinus juga diberi tugas mempengaruhi Sri Susuhunan (Raja Keraton Surakarta Hadiningrat) untuk tetap bersikap netral, dalam kecamuk Perang Jawa melawan Kolonial Belanda.
Atas jasa keberhasilannya membujuk Raja Surakarta Hadiningrat inilah, Penguasa Kerajaan Belanda memberikan penghargaan Orde de Nederlandse Leeuw, kepada Tinus.
“Dezenjte adalah salah satu musuh Pangeran Diponegoro, karena orang ini pasukan Pangeran Diponegoro sempat kuwalahan saat bertempur di Ungaran,” terangnya sebagaimana dikutip portalboyolali.