Sayangi Mata, Katarak Penyebab Terbanyak Gangguan Penglihatan di Indonesia

- 22 Oktober 2021, 11:28 WIB
Gangguan penglihatan masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, sebagian besar diakibatkan oleh katarak. (Foto Ilustrasi: Pixabay/StockSnap)
Gangguan penglihatan masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, sebagian besar diakibatkan oleh katarak. (Foto Ilustrasi: Pixabay/StockSnap) /

KARANGANYARNEWS - Gangguan penglihatan masih menjadi permasalahan utama di Indonesia, sebagian besar diakibatkan oleh katarak.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan berdasarkan World Report on Vision 2019 diperkirakan secara global terdapat sekira 2,2 miliar penduduk mengalami gangguan penglihatan dan/atau kebutaan.

Padahal, kondisi gangguan penglihatan atau kebutaan dialami 1 miliar penduduk itu sebenarnya dapat dicegah.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Anak Usia di Bawah 12 Tahun Boleh Naik Kereta Api Lagi

''Berdasarkan data nasional Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 Kemenkes, dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas diketahui angka kebutaan mencapai tiga persen. Katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81 persen),'' katanya pada konferensi pers terkait Hari Penglihatan Sedunia secara virtual, awal pekan ini di Jakarta.

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), Aldiana Halim, mengungkapkan di Indonesia dengan populasi pada 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat.

Adapun dari jumlah itu, sebanyak 81,2 persen gangguan penglihatan disebabkan oleh katarak. Penyebab lainnya adalah refraksi atau glaukoma, atau kelainan mata hal-hal lainnya, seperti kelainan refraksi, glaukoma, atau kelainan mata berhubungan dengan diabetes.

"Sebetulnya kita harus berfokus pada katarak. Kita harus berusaha bagaimana orang katarak ini bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak sehingga penglihatannya akan kembali,'' kata Aldiana Halim, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id.

Orang dengan katarak ini, lanjut Aldiana Halim, treatment-nya cukup efektif apabila dioperasi dan tidak ada komplikasi lain. Kemungkinan mereka bisa melihat kembali itu sangat besar.

Baca Juga: Jateng Bersholawat Bergema Hingga Hongkong, Jerman dan Polandia

''Kalau seandainya katarak 81,2 persen setengahnya bisa kita tangani, nanti prevalensi gangguan penglihatan akan turun secara signifikan,'' tambahnya.

Gangguan penglihatan tidak hanya berpengaruh kepada penglihatan, namun berpengaruh pula pada seluruh aspek kehidupan penderitanya. Jadi gangguan penglihatan itu berpengaruh terhadap kualitas hidup orang yang menderitanya.

Beberapa konsekuensi dari hilangnya penglihatan berpengaruh kepada fisik, mental, kepuasan hidup, mobilitas, kebergantungan, pendidikan. Orang dengan gangguan penglihatan juga memperberat penyakit kronis yang sedang diderita.

''Kami baik dari Perdami dan leadership-nya dari Kemenkes sekarang memang sedang berjuang, berusaha untuk mendapatkan orang-orang dengan gangguan penglihatan di manapun mereka berada, dan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya sehingga mereka bisa kembali melihat,'' ucap Aldiana Halim.

Upaya itu tengah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, baik di Papua, Maluku, maupun mencari orang dengan gangguan penglihatan.

Baca Juga: Primbon Jawa, Dua Pasaran Legi Jodoh Pinasti Jumat Legi

Upaya penanggulangan gangguan penglihatan yang telah dilakukan pemerintah, antara lain meningkatkan kampanye dan edukasi kesehatan melalui CERDIK, PATUH, dan LIHAT, pemanfaatan teknologi melalui Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH) dan Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM).

Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan mata, dan mencegah gangguan penglihatan. Termasuk melakukan deteksi dini gangguan penglihatan pada keluarga secara sederhana di rumah.

Tak hanya itu, masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kesadaran terhadap efek radiasi gadget/elektronik terlalu lama atau terlalu dini pada anak. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: kemkes.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah