Ukhuwah Islamiyah Sebagai Penanda Kadar Keimanan Kita

- 15 April 2022, 20:34 WIB
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.
Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd. /dok pribadi/

Ngaji Bareng |.| Ustadz Drs. H. Moch Isnaeni, M.Pd.

JIKA masih ada batas dalam ukhuwah kita, bisa dipastikan kita telah gagal menggenggam makna ukhuwah sebenarnya. Semoga kisah berikut mampu mengawal perasaan kita, betapa ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. 

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata, “Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi”.

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal, untuk kembali mengumandangkan adzan. 

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, kemudian tinggal di Homs, Syria.

Baca Juga: Mudah Dijalani, Inilah Tauladan Merawat dan Memperbaiki Hati

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya, “Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?”

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x