Ngeri..! Datangnya Bulan Suro 2022 Bakal Diiringi Bencana Kekeringan dan Krisis Pangan. Ini Penjelasannya

- 29 Juli 2022, 12:35 WIB
Ilustrasi bencana kekeringan yang menyebabkan krisis pangan
Ilustrasi bencana kekeringan yang menyebabkan krisis pangan /Marion/Pixabay

KARANGANYARNEWS - Masa-masa kritis kerap diidentikkan dengan datangnya bulan Suro di tiap tahunnya. Termasuk bulan Suro 2022 yang konon dinaungi bayang-bayang kekeringan dan krisis pangan.

Sebab bulan Suro dipandang sebagai gerbang nasib dari kehidupan manusia dan alam sekitarnya di tahun yang akan datang.

Karena itulah, serangkaian persiapan dilakukan bersamaan dengan datangnya bula Suro, untuk mengatisipasi berbagai kemungkinan yang bakal terjadi di tahun depan.

Bulan Suro memang sedemikian sakral. Hingga ada keyakinan bahwa bila seseorang bisa ‘selamat’ di bulan Suro itu, maka di sebelas bulan berikutnya, nasib baik akan senantiasa menaunginya.

Baca Juga: Usai Jalani Karantina karena PMK, Kerbau Kyai Slamet Siap Dikirab Pada Malam 1 Suro

Makanya di bulan tersebut, orang tidak akan berani berbuat buruk, yang bisa berakibat pada datangnya nasib buruk di hari-hari yang akan datang.

Serangkaian bencana baik alam maupun sosial kerap dipandang sebagai titik suram yang mengawali datangnya bulan Suro.

Karena bagaimanapun berbagai peristiwa bencana memang selalu menjadi tolok ukur dari apa yang akan terjadi di tahun yang akan datang. Dengan makin banyaknya bencana, berarti kondisi tahun depan dipastikan akan suram.

Kondisi negeri yang suram tentu akan berdampak kurang baik pada kehidupan seluruh penghuninya.

Dan hanya mereka yang kuat secara spiritual saja yang kerap bisa lolos dari ujian beragam bencana.

Baca Juga: Pimpin Sertijab Kasat dan Kapolsek, Kapolres Wonogiri Singgung Malam 1 Suro. Ada Apa..?

"Spiritualitas yang dimiliki seseorang akan membentuk jiwa yang tegar, yang selalu memandang bahwa segala sesuatu adalah bagian dari rencana Tuhan. Sehingga bisa menjalani apa yang terjadi dengan ikhlas," ungkap budayawan asal Maospati, Edi Ristiono saat dihubungi lewat sambungan telepon.

Inti dari spiritualitas sendiri adalah keikhlasan dan kepasrahan. Artinya bahwa segala aktifitas hidup yang dijalankan seseorang haruslah dilandasi rasa ikhlas demi Tuhan dan demi kebaikan bersama, tanpa adanya pamrih.

Sedangkan mengenai hasilnya, semua dipasrahkan kepada Tuhan. Karena pada dasarnya segala sesuatu yang bertujuan baik, hasilnya pasti baik.

Dan ujian keikhlasan juga harus dihadapi bersamaan dengan datangnya bulan Suro pada tahun 2022 ini.

Sebab tanggal 1 Suro yang jatuh pada Sabtu 30 Juli 2022 dalam perhitungan pawukon disebut dengan istilah Tumpak Mendha. Yang mana hal ini akan ditandai dengan rendahnya curah hujan dan berkurangnya kesuburan tanah.

Curah hujan yang rendah tentu bisa memicu terjadinya bencana kekeringan di mana-mana. Dan hal ini pastinya berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah.

Baca Juga: Apa Beda 1 Suro dengan 1 Muharam? Simak Penjelasannya

Dengan tingkat kesuburan tanah yang rendah, berarti produktifitas pertanian juga akan menurun. Yang bukan tidak mungkin bisa memicu krisis pangan.

"Kesadaran spiritual tentu dibutuhkan agar manusia benar-benar bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan alam. Sebab kesadaran inilah yang akan meredam munculnya gesekan antara manusia dengan alam yang bisa memicu bencana. Yang tentunya bisa membawa alam ini menyediakan yang terbaik untuk seluruh kehidupan manusia dan mahluk hidup di atasnya," jelas Edi.

Dijelaskan pula bahwa di balik kondisi yang digambarkan oleh waktu Tumpak Mendha, datangnya bulan Suro yang jatuh pada Wuku Marakeh juga bukan tidak mungkin akan membawa berkah tersendiri.

Di mana wuku ini diyakini berada dalam naungan Bathara Surenggana yang memiliki sifat selalu berani menghadapi kesulitan serta tajam ingatannya.

Artinya bahwa dengan pengaruh sifat-sifat tersebut, maka mereka yang terpengaruh oleh energi Tumpak Mendha akan tetap tabah dalam menghadapi kesulitan yang ada.

Sehingga ke depanya bukan tidak mungkin akan mendapat solusi dari segala masalah yang menimpa.

Baca Juga: Mitos dan Pantangan Malam 1 Suro, Salah Satunya Tidak Boleh Menggelar Hajatan

Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab dalam petunjuk wuku Marakeh juga dijelaskan ada perlambang umbul-umbul terbalik, yang berarti bahwa hal itu memudahkan siapa saja untuk menggapai cita-cita dan harapannya.

"Intinya di tahun ini kita harus selalu sabar, tabah dan bersyukur. Karena hal itulah yang nanti akan membawa keberkahan," jelas pria yang akrab disapa Ki Lawu Maospati itu.

Dijelaskan pula bahwa untuk mengantisipasi berbagai energi negatif yang akan muncul, disarankan untuk membuat selamatan dengan membuat nasi uduk lengkap dengan lauk berupa ingkung ayam putih mulus.

Sementara untuk pelengkapnya adalah jadah tukon, yang artinya bahwa jadah itu harus dibeli, bukan membuat sendiri.

Jangan lupa pula untuk bersedekah serta berdoa dengan memanjatkan doa-doa keselamatan agar Tuhan senantiasa memberikan perlindungan.

"Kalau semua sudah dipenuhi, usahakan selama tujuh hari ke depan jangan melakukan perjalanan ke arah Utara. Karena di sanalah tempat bersemayam Bathara Kala saat ini. Yang artinya bahwa kesialan atau bahkan kecelakaan bukan tidak mungkin akan kita alami," pungkasnya.***

Editor: Andi Penowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah