Ironi Perbedaan Asyura di Antara Kelompok Sunni dan Syiah

- 7 Agustus 2022, 22:36 WIB
Pringatan Asyura di Padang Karbala
Pringatan Asyura di Padang Karbala /Tangkapan layar Youtube Adrikna 14/

KARANGANYARNEWS - Tanggal 10 Muharam selalu diperingati sebagai hari Asyura dan menjadi salah satu tanggal yang istimewa bagi seluruh umat Islam di dunia.

Sebab selain rentetan kisah sejarah yang menyelimutinya, Asyura dalam bahasa Arab berarti kesepuluh. Karena itulah Asyura diperingati pada tanggal 10 Muharam.

Dalam sejarahnya, peringatan Asyura muncul karena sebuah peristiwa besar yang terjadi pada saat itu.

Umat Islam Syiah memperingati Asyura untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Husain dalam perang Karbala.

Baca Juga: Niat Puasa Asyura 10 Muharram 1442 H, Lengkap dengan Arti dan Haditsnya

Peristiwa yang terjadi pada 680 M tersebut meninggalkan bekas rasa duka mendalam dalam hati para pengikutnya, sehingga kemudian diperingati dengan sebuah prosesi yang terbilang unik.

Berbeda dengan umat Islam Syiah, bagi kelompok Islam Sunni justru memperingati Asyura berdasarkan sejarah dari umat Yahudi.

Ya, Asyura dalam pandangan kelompok Islam Sunni dikaitkan dengan peringatan hari di mana Tuhan menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Fira'un Mesir yang kejam dengan membelah Laut Merah.

Dari peringatan ini, maka umat yahudi biasanya akan menggelar puasa. Dan saat nabi Muhammad SAW hijrah dan tiba di Kota Madinah pada 10 Muharam, dia mendapati umat Yahudi saat itu sedang berpuasa.

Sehingga dia kemudian mengatakan kalau dirinya akan berpuasa selama 2 atau 3 hari bersamaan dengan hari Asyura di tahun depannya.

Baca Juga: Sejarah dan Keutamaan Puasa Tasua serta Asyura 9 dan 10 Muharram Beserta Haditsnya

Peringatan Asyura memang menjadi sebuah ironi di tengah perkembangan agama Islam. Karena adanya perbedaan pemahaman terkait hari tersebut.

Di satu sisi Asyura dipandang dengan suka cita, sementara di sisi lain menyambut Asyura dengan rasa sedih dan diikuti dengan ritus berdarah-darah sebagai ungkapan kesedihan.

Umat Muslim Syiah dan Sunni sendiri sebenarnya sempat hidup damai dan harmonis selama beberapa abad.

Namun aspek politik dari kebijakan kerajaan yang berkuasa dari kedua belah pihak, akhirnya membuat gesekan luar biasa yang memicu konflik di antara kedua kelompok ini.

Dan seiring berjalannya waktu, konflik justru dipicu oleh kelompok-kelompok garis keras yang radikal dari kedua aliran tersebut. Sehingga hingga saat ini konflik antara Syiah dan Sunni terus terjadi.***

 

Editor: Andi Penowo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah