Santosa Doellah, Empu Batik yang Banyak Meninggalkan Karya

- 3 Agustus 2021, 19:01 WIB
Sejumlah tokoh masyarakat dan warga Solo menshalatkan alamarhum Santosa Doellah di rumah duka yang akan dimakamkan di pemakaman umum Pracimaloyo, Kartasura Sukoharjo.
Sejumlah tokoh masyarakat dan warga Solo menshalatkan alamarhum Santosa Doellah di rumah duka yang akan dimakamkan di pemakaman umum Pracimaloyo, Kartasura Sukoharjo. /Yoma Times/

KARANGANYARNEWS-Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, pernah memberi predikat empu batik kepada pendiri dan pemilik perusahaan batik Danarhadi, Santosa Doellah, dalam sebuah pengukuhan di kampus setempat di awal 2012. Predikat empu setara dengan gelar doktor di dunia akademis.

"Bapak Santosa Doellah telah memenuhi kriteria sebagai seorang empu. Seperti, memiliki karya, kepakaran, reputasi, kemampuan manajemen, memiliki sarana dan prasarana, serta kemauan untuk menjadi pendidik," kata Slamet Suparno yang saat itu menjabat rektor ISI Surakarta memberi alasan.

Ya, Santosa Doellah layak mendapat predikat sebagai empu. Kecintaannya terhadap batik dituangkan dalam karya, pelestarian, dan kemampuan manajemen di industri batik. Lebih dari 300 karya batik telah dia hasilkan. Perusahaan batik yang dia bangun dan dia turunkan pada anak-anaknya menjadi pemain utama batik nasional, yang tetap menjaga warna, motif, dasain, serta kualitas.

Museum Batik Danar Hadi yang dia bangun mengoleksi lebih dari 10.000 batik dengan berbagai corak, warna, motif, dan desain dari berbagai zaman dan dari berbagai daerah di nusantara, serta batik dari Tiongkok yang usianya lebih dari satu abad. Tidak hanya dalam bentuk kain, batik-batik itu juga dalam bentuk handycraft, mangkok/piring, bejana, dan benda-benda lainnya.

Museum itu jadi rujukan para akademisi lokal maupun internasional yang belajar tentang sejarah batik. "Batik iku urip lan nguripi dadi kudu dilestarike (batik itu hidup dan menghidupi, jadi harus dilestarikan," kata Santosa Doellah, saat peresmian Museum Batik Danar Hadi, pada saat itu.

Santosa Doellah yang lahir di Solo 7 Desember 1941 adalah anak seorang dokter. Perkenalannya dengan batik dari kakeknya, R H Wongsidinomo, pendiri dan pemilik WS Batik di Laweyan, Solo.

Setelah mendapat gelar sarjana ekonomi, di 1967, Santosa Doellah menikah dengan Danarsih Hadipriyono, anak dari produsen batik sukses, H. Hadipriyono. Kemudian, kduanya mendirikan perusahaan batik dengan nama Danarsih Hadipriyono yang belakangan disebut Danar Hadi.

Danar Hadi memulai perjalanannya sebagai industri rumahan yang didorong oleh rasa cinta pemiliknya yang besar terhadap batik. Mereka bekerja dari rumah sambil membesarkan keempat anaknya. Santosa sangat pintar dalam hal mendesain batik, sedangkan Danarsih lebih menguasai desain garmen.

Setelah berkembang, Tahun 1975, Santosa Doellah memberanikan diri membuka toko kecil di Jakarta. Dilajutkan di kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah