Network
KARANGANYARNEWS-Banyuwangi kini disebut sebagai kota seribu festival. Namun menurut Bupati Ipuk Fiestiandani, festival itu tak sebatas untuk mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin ke Banyuwangi.
Lebih dari itu, kata Bupati Ipuk, Banyuwangi Festival merupakan alat konsolidasi internal. "Mulai dari seni budaya, infrastrktur, perilaku, hingga ekonomi," kata Ipuk dalam Forum Klarifikasi Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) Selasa (22/3/2022).
Di bidang seni budaya, kata Bupati Banyuwangi, kini banyak sanggar seni tradisional Banyuwangi kembali tumbuh dan mendorong masyarakat, khususnya generasi muda semakin bangga dengan kebudayaannya sendiri.
Dari segi infrastruktur, kata Ipuk, jalan raya di Banyuwangi jauh lebih bagus, aspalnya mulus. Terlebih sejak digelar Banyuwangi Tour de Ijen berskala internasional. Rute Tour de Ijen kerap mengalami perubahan di setiap tahun, sehingga perbaikan infrastruktur juga merata.
"Sepanjang tahun 2010, Banyuwangi sempat mendapat predikat kota terkotor di Jawa Timur. Dengan Banyuwangi Festival, kita ajak masyarakat merubah mindset. Kita buat Festival Toilet Bersih, Kaliku Bersih, dan sebagainya," ujar dia.
"Muncar dulu terkenal sangat kotor, sampah lautnya luar biasa. Tapi dengan adanya Banyuwangi Festival, lambat laun perilaku masyarakat di sana berubah. Begitu juga dengan Bangsring, dulu tempatnya orang ngebom ikan. Setelah ada pariwisata maju, mulailah mereka berbenah," kata dia memberi contoh.
Istri mantan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas itu mengatakan, Banyuwangi Festival bukan sekedar ajang hiburan semata, namun juga memiliki efek samping yang positif.
Bahkan jika ditinjau dari segi ekonomi, masyarakat di Banyuwangi juga turut merasakan dampak positif Festival Banyuwangi yang digelar secara rutin tiap tahun itu.
