Peternak Sapi Didorong Bertransformasi dari Agrikultur ke Agribisnis

- 5 Agustus 2021, 16:21 WIB
Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Wonogiri, Setyo G memberi penjelasan dalam temu ternak tangguh secara daring, Kamis (5/8/2021),
Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Wonogiri, Setyo G memberi penjelasan dalam temu ternak tangguh secara daring, Kamis (5/8/2021), /Langgeng Widodo/Tangkapan layar temu ternak tangguh

KARANGANYARNEWS-Dalam forum "Temu Ternak Tangguh" secara daring yang difasilitasi Bank Syariah Indonesia, Kamis (5/8/2021), semua sepakat bahwa peternak sapi di Wonogiri perlu berkelompok dan mandiri.

Dengan berkelompok dan mandiri, peternak sapi akan mudah berkoordinasi bagaimana beternak yang baik sehingga bisa menghasilkan ternak yang baik. Peternak sapi yang berkelompok dan mandiri punya posisi tawar bagus, sehingga tidak mudah dipermainkan harga, termasuk dalam menjual sapinya.

"Kita juga mendorong peternak sapi yang semula tradisional menjadi profesional, dari agrikultur menjadi agribisnis," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan setempat, Setyo G.

Dikatakan, bisnis peternakan sapi di Wonogiri masih sangat potensial. Hal itu bisa dilihat dari luasnya lahan yang ada dan ketersediaan pangan yang ada mulai dari rumput, dami atau tumbuhan padi, serta limbah kacang kedelai yang dijadikan tempe dan kedelai.

Dukungan Pemda Wonogiri juga cukup bagus, mulai dari regulasi, program pemberdayaan, hingga asuransi bagi ternak. Demikian juga dukungan dari perbankan, terutama BSI, juga cukup besar.

Faktor lainnya, peternakan sapi di Kabupaten Wonogiri berada urutan ketiga di Jawa Tengah. Sehingga bisa dikatakan, Kabupaten Wonogiri juga menjadi penyangga kebutuhan daging sapi di provinsi.

Dari catatan Kementerian Pertanian, lanjut dia, kebutuhan daging sapi di Indonesia di tahun 2021 diperkirakan hampir 700.000 ton atau setara 3,6 juta ekor sapi. Namun ketersediaan produksi daging sapi dalam negeri hanya sebanyak 400.000 ton sapi per tahun. Sehingga ada selisih atau kekurangan yang cukup banyak.

"Kalau memang ada kekurangan segitu, kita berharap pemerintah tidak mengimpor sapi sehingga para peternak sapi kita bisa menikmati hasil peternakannya," jelas dia.

Kendati. potensinya besar, namun di lapangan banyak kendala. Peternakan sapi yang dilakukan kebanyakan masih tradisional dan sapinya pun dianggap tabungan, bukan sebuah bisnis, sehingga pengelolaannyan samben atau sambilan, bukan sebuah bisnis yang berorientasi profit. Makanan yang diberikan pada ternak juga ala kadarnya, asal diberi makan.

Halaman:

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah