KARANGANYARNEWS - Payung tradisional produk para pengrajin di Dukuh Gumantar, Tanjung, Juwiring, Kabupaten Klaten, kian moncer dan prospektif pangsa pasarnya
Kerajinan payung tradisional yang telah berkembang sejak tahun 1960-an, ditekuni masyarakat Desa Tanjung secara turun-temurun. Awalnya payung tradisional ini, hanya digunakan sebagai perlengkapan upacara kematian.
“Selain itu payung tradisonal digunakan juga teruntuk kelengkapan ritual adat Keraton Kasunanan Surakarta,” kata Ngadiyakur, saat ditemui awak media di kediaman yang sekaligus tempat home industrinya.
Baca Juga: Proyek Jalan Tol Yogya-Solo Ancam Kian Anjlognya Produksi Beras di Klaten
Di tempat ini, hingga kini juga dijadikan pusat pengrajin payung tradisional. Seiring perkembangan waktu, pengrajin payung tradisional merubah kegunaan fungsi payung yang mereka buat.
Bersamaan dengan itu, payung tradisional khas Juwiring ini dihias dengan lukisan aneka warna. Dan berkembang juga kemanfaatannya, selain hiasan dan perlengkapan dekor, payung Juwiring dijadikan aksesoris di hotel, warung makan, tempat wisata, hiasan rumah, souvenir dan lainnya.
Berbahan baku kayu dan bambu, kain dan kertas didukung keterampilan dan kepiawaian seni lukis pengrajinnya. Pembuatan payung lukis ini, melalui beberapa tahapan.
Baca Juga: Primbon Jawa: Sabtu Kliwon, Inilah 7 Aura Karismatik Kepemimpinanmu
Dari pembuatan kerangka, penempelan kain atau kertas, proses pengecatan dan lukis. Harga payung lukis sangat berfariatif, mulai dari Rp 25.000 hingga jutaan rupiah, tergantung jenis motif, ukuran dan corak-corak yang dibuat.