Tanda-tanda Obesitas, Pencegahan dan Risiko Komplikasi yang Bisa Pengaruhi Kesuburan

6 Maret 2023, 17:05 WIB
Tanda-tanda obesitas, pencegahan dan risiko komplikasi yang bisa pengaruhi kesuburan. Obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu komplikasi. (Foto: Pixabay/Bru-no) /

KARANGANYARNEWS - Tanda-tanda Obesitas, Pencegahan dan Risiko Komplikasi yang Bisa Pengaruhi Kesuburan. Sebagian masyarakat menganggap obesitas bukan penyakit, malahan anak-anak yang gemuk terlihat lucu dan menggemaskan. Padahal obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu komplikasi.

Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Gejala klinis dijumpai mulai dari bagian atas tubuh, yakni pada kepala wajah bulat, pipi tembem, dagu rangkap.

Baca Juga: 5 Tips Jitu Bikin Kualitas Hidupmu Meningkat, Asyik dan Gampang Dipraktikkan

Pada leher tampak pendek dan terdapat bercak kehitaman di belakang leher, perut membuncit disertai dinding perut berlipat-lipat.

Obesitas digolongkan penyakit yang perlu intervensi secara komprehensif. Selain memberikan dampak terhadap penyakit tidak menular, obesitas juga berdampak kerugian ekonomi yang dipicu biaya perawatan tinggi.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan obesitas menjadi faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tidak menular, antara lain diabetes, jantung, kanker, hipertensi, penyakit metabolik dan nonmetabolik lainnya, serta berkontribusi sebagai penyebab kematian tertinggi.

Baca Juga: 3 Tips Mengecilkan Perut Ala Artis Korea Tanpa Menyiksa Tubuh

''Obesitas merupakan masalah global, sekitar dua miliar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada 2030 itu diperkirakan satu dari lima wanita dan satu dari tujuh pria akan hidup dengan obesitas,'' paparnya pada konferensi pers Hari Obesitas Sedunia 2023, Senin, 6 Maret 2023, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id.

Pemerintah telah mengatur kandungan gula, garam, dan lemak pada produk makanan olahan maupun makanan siap saji.

Hal ini salah satu cara bagaimana pemerintah mengatasi obesitas dan menghindari komplikasi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Eva Susanti, mengungkapkan permasalahan obesitas ini harus melibatkan lintas sektor.

Baca Juga: 5 Tips Jitu Masuk Kampus Negeri Favorit, Dijamin Lolos!

''Sudah ada Perpres (Peraturan Presiden) tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di mana kita perlu mengupayakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat sehat dan berdaya guna,'' ucapnya.

Obesitas dapat terjadi di semua umur. Obesitas pada anak didiagnostik dengan antropometri melalui penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan lalu menghitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB dalam meter.

Winra Pratita dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan, obesitas pada anak dapat dicegah dengan memberi makanan sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

''Selanjutnya mengurangi konsumsi gula dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula tinggi. Di samping itu diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain,'' ucapnya.

Baca Juga: 4 Tips Jitu Cepat Kaya Modal Dengkul, Segera Praktikkan!

Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Adapun untuk anak usia 4-12 bulan setidaknya tidur 12-16 jam, anak usia 1-2 tahun tidur 11-14 jam, anak usia 3-5 tahun tidur 10-13 jam, anak 6-12 tahun tidur 9-12 jam, dan anak remaja usia 13-18 tahun tidur 8-10 jam.

''Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi,'' tutur Winra Pratita.

Obesitas pada orang dewasa dapat memengaruhi kesuburan. Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi), Nurul Ratna Mutu Manikam, mengatakan hormon estrogen dalam tubuh menyimpan massa lemak tubuh. Tubuh manusia dapat menyimpan lemak dalam jumlah tak terbatas.

Baca Juga: Tips Chef Juna Hidup Damai, Menyenangkan dan Penuh Kebahagiaan

Dengan penyimpanan lemak sangat banyak dalam tubuh itu memberikan respons peningkatan kerja dari hormon estrogen.

''Ini yang menyebabkan kenapa kesuburan itu terganggu karena simpanan lemak terlalu tinggi. Di samping itu lemak yang terlalu tinggi mengeluarkan sisa-sisa negatif bagi tubuh yang akan memengaruhi proses mekanisme endokrin atau proses hormonal dalam tubuh, sehingga memengaruhi siklus menstruasi, siklus kesuburannya juga terpengaruh,'' jelasnya.

Selain itu, jumlah akumulasi lemak di dalam perut juga secara mekanik menyebabkan tuba dalam rahim menjadi sempit sehingga proses fertilisasinya akan terganggu. ***

Editor: Andi Penowo

Sumber: kemkes.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler