Jejak ‘Juragan’ Terkaya se Pulau Jawa Terkubur di Ampel, Boyolali

- 9 Agustus 2021, 00:21 WIB
Komplek pemakaman keluarga Tinus Dezentje di Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali
Komplek pemakaman keluarga Tinus Dezentje di Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali /Kustawa Esye/

KARANGANYARNEWS - Salah satu saksi bisu kepingan sejarah tuan tanah terkaya di Pulau Jawa, terkubur di komplek pemakaman Kerkhof Dezentje di Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Ironisnya pusara Tinus Dezentje, sang  pewaris 1.275 hektar tanah perkebunan ini, semenjak puluhan tahun lalu tak hanya terbengkelai, tapi juga porakporanda tiada yang mengurusnya.   

Komplek pemakaman bersejarah sempat dijadikan obyek penelitian para sejarawan, arkeolag maupun pemerhati seni budaya. Selain dari nilai-nilai historisnya, juga aspek arkeologis maupun arsitekturnya.

Baca Juga: Tanpa Harus Bersentuhan fisik, inilah 2 Cara Test Keperawanan di Candi Sukuh

“Meskipun merupakan komplek pemakaman keluarga, tapi semua arsitektur pemakaman Eropa terdapat di sana. Bahkan, ada juga beberapa pusara berarsitektur Jawa,” kata Sarijo, pemerhati sejarah di Kota Susu, Boyolali.

Dari aspek historisnya, sebagaimana tertulis dalam buku ‘Djocja Solo, Beeld Van Vorstenlanden’ karangan Bruggen dan Wassing, dikisahkan keluarga Dezenjte kala itu merupakan pemilik perkebunan yang sangat kaya raya dan  disegani di wilayah Surakarta raya.

Luas tanah miliknya, mencakup hampir separoh wilayah Kabupaten Boyolali sekarang. Usaha perkebunan keluarganya, dirintis Johannes Augustinus Dezenjte di era 1797 -1839. Tahun 1810-an, menjadi pionir perkebunan di tanah Vorstenlanden.

Baca Juga: 8 Jodoh Pinasti ‘Andien’ Amanda Manopo, Andakah Salah Satunya

Johannes Agustinus Dezentje atau biasa disebut Tinus Dezentje (1797-1839) adalah putra seorang pegawai berkebangsaan Eropa, bernama August Jan Caspar (1765-1826). Oleh penguasa pemerintahan Hindia Belanda, dia ditugaskan mengawal Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dikisahkan, berdarah Eropa gaya hidup Tinus seperti seorang bangsawan Jawa. Sumber lainnya, Pendeta S. Buddingh menuturkan, kediaman Tinus dibangun berarsitektur rumah bangsawan Keraton Surakarta Hadiningrat atau layaknya kediaman para  bupati di pulau Jawa.

Kediamannya, juga dilengkapi kebun binatang dan tembok tebal yang mengelilingi rumah seperti benteng keratin yang diperkuat bastion dan gardu pengawas.

Baca Juga: Horoskop Jawa Melenial: Menyingkap 5 Tabir Misteri Kehidupan

“Umur 18 tahun Tinus menikahi Johanna Dorothe Boode, tiga tahun setelah menikah sebagai siasat  agar dapat memperluas tanah  perkebunannya, Tinus menikahi kerabat Raja Surakarta bernama Raden Ayu Tjokrokoesoemo,” terang nara sumber tadi.

Sedangkan menurut pemerhati budaya dari Forum Budaya Mataram, BRM. Kusumo Putro menjelaskan, terjadinya Perang Jawa melawan Pemerintahan Kolonial Belanda       (1825-1830), mengancam keberlangsungan usaha waralaba Tinus.

Untuk menjamin keamanan bisnisnya, Tinus terpaksa mengeluarkan biaya besar, untuk mempekerjakan 1.500 serdadu asing yang kala itu disebut Detasemen Dezentje.

Baca Juga: Tak Hanya Peduli Nakes, di Sukoharjo Okan Carnelius Juga Bagi-bagi Kasur

Diceritakan, detasemen ini merupakan hulptroepen atau pasukan pembantu militer Belanda. Atas permintaan Jenderal De Kock,  Dezentje yang disewa Tinus juga diberi tugas  mempengaruhi Sri Susuhunan (Raja Keraton Surakarta Hadiningrat) untuk tetap bersikap netral, dalam kecamuk Perang Jawa melawan Kolonial Belanda. 

Atas jasa keberhasilannya membujuk Raja Surakarta Hadiningrat inilah, Penguasa Kerajaan Belanda memberikan penghargaan Orde de Nederlandse Leeuw, kepada Tinus.

“Dezenjte adalah salah satu musuh Pangeran Diponegoro, karena orang ini pasukan Pangeran Diponegoro sempat kuwalahan saat bertempur di Ungaran,” terangnya sebagaimana dikutip portalboyolali.

Baca Juga: Horoskop Jawa Milenial: Rumus Paling Cepat dan Akurat Menghitung Neptu Weton

Lokasi pertempurannya saat itu, di seberang jalan Pabrik Texstil. Sampai sekarang, masih terdapat makam salah satu senopati Pangeran Diponegoro.

Dikisahkan juga, Tinus meninggal dunia tanggal 07 November 1839 dalam usia 42 tahun, mewariskan lahan perkebunan seluas 1.275 Hektar.

Kejayaan keluarga Dezentje di Bumi Vorstenlanden, kian memudar seiring tenggelamnya waktu. Kini, bahkan kemegahan komplek pemakaman keluarga ini, pun seakan tiada lagi yang memperhatikan dan merawatnya. ***

Baca Juga: Desak Menkes Segera Akselerasi Vaksin, Vaksinasi Jateng Baru Capai 18 Persen

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah