KARANGANYARNEWS – Tak hanya Maharaja Brawijaya V, keruntuhan Majapahit berdampak juga ceraiberai para pewaris dinastinya. Kebo Kanigoro, memilih jalan hidup sunyi di lereng Gunung Merapi.
Pengasingan diri para pewaris tahta Majapahit, beragam alasannya. Ada yang menghindari pertumpahan darah, karena intrik politik perang saudara demi meraih kekuasaan.
Ada juga yang lebih memilih berpegang teguh keyakinan agama nenek moyangnya, tak mau menganut ajaran 'agama baru’ yang didakwahkan Raden Patah, putra Brawijaya V pendiri Kasultanan Demak Bintoro, penerus dinasti Kerajaan Majapahit.
Baca Juga: Jejak Kebo Kanigoro (1), Pewaris Dinasti Majapahit Memilih Jalan Hidup Sunyi di Lereng Merapi
Leluhur masyarakat Tengger, misalnya lebih memilih mengasingkan diri ke Gunung Bromo. Ada juga yang menyebrang lautan, menetap hingga menjadi leluhur masyarakat di Pulau Bali.
Sebagian diantaranya, mengasingkan diri ke Gunung Lawu. Tercatat sejarah, Candi Cetho dan Candi Sukuh, di Kabupaten Karanganyar, adalah peninggalan era keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Sedangkan Kebo Kanigoro, lebih memilih menempuh jalan sunyi, mengasingkan diri menjadi pertapa di lereng Merapi, gunung berapi legendaris yang sarat misteri.
Baca Juga: Syukuran Tiada Korban Pandemi, Warga Lereng Merapi Gelar Merthi Bumi
Dalam silsilah trah Brawijaya V disebutkan, Kebo Kanigoro adalah saudara kandung Kebo Kenongo. Keduanya putra Ratu Pembayan, putri Kertabumi yang setelah bertahta di Kerajaan Majapahit bergelar Brawijaya V.