KARANGANYARNEWS - Sate Laler, juga berbahan baku daging kambing. Namun demikian, cita rasanya jauh lebih khas dari sate kambing lainnya. Jangan terkecoh sebutannya, kemudian beranggapan lain kata ‘laler’ tadi.
Sate Laler, kuliner khas Kabupaten Rembang ini lebih banyak dijajakan malam hari. Sering juga disebut street foodnya kabupaten kelahiran Kartini ini, karena di setiap pinggir jalan ditemukan penjualnya.
Di jalan Kartini, misalnya. Para penjual Sate Laler, menjajakan dagangannya di depan ruko atau kios-kios yang telah tutup, di pinggiran jalan atau sepanjang trotoar kota.
Baca Juga: Perajin Payung Juwiring, Pelestari Seni Kriya Nan Eksotik
Unik dan lebih menariknya, penjual Sate Laler masih menggunakan peralatan tradisional. Mengusung dagangannya dengan pikulan, bahkan masih ada juga yang memakai uplik atau lentara sebagai penerangannya.
Sementara untuk pelanggan atau penikmat jajanannya, tidak pakai meja kursi tapi duduk lesehan beralas gelaran tikar. Namun demikian, justru inilah yang lebih membangkitkan suasana dan kesan romantisme tradisionalnya.
Sate Laler, baik bahan baku maupun bumbu penumbuh cita rasanya, tidak berbeda dengan sate kambing yang dijajakan di daera mana pun. Sedikit bedanya, ukuran potongan daging teruntuk Sate Laler relatif lebih kecil.
Baca Juga: Antologi Puisi Melawan Pandemi, Luapan Empati Penyair Lintas Provinsi
Penikmat Sate Laler, kuliner malam khas Kabupaten Rembang ini, bisa sambil duduk lesehan sambil melihat hilir mudik kendaraan, juga suasana malam di Kota Rembang.