Sebagai hamba Allah, kita yang diwajibkan mendirikan salat bergegas menjawabannya Laa haula walaa quwwata illaa billaa (tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Nah, dengan pendekatan yakin bahwa semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah, kita harus terus mengasah hati untuk senantiasa memunculkan positif thinking kepada Allah
Musibah atau ujian dari-Nya, tidak lain agar manusia menyadari akan kelemahannya atas semua yang ia usahakan. Yang ia miliki supaya disyukuri, bukan untuk dipertontonkan atau disombongkan.
Baca Juga: Membangun Peradaban Bangsa dari Lingkup Keluarga
Dan manusia diharapkan tidak pernah lelah berusaha dan belajar, karena keduanya adalah perintah dan berpahala selama dilaksanakan dengan semata berharap ridha Allah.
Jangan pernah sesali perbuatan baik yang pernah kita lakukan, meskipun kadang kita diperlakukan tidak baik. Jangan pernah sesali harta yang kita sedekahkan, meskipun terasa sempit rezeki yang kita peroleh saat ini.
Bisa jadi, Allah berikan rezeki itu kepada anak cucu kita. Karena itulah, jangan pernah sesali pertolongan yang pernah kita lakukan, walaupun kita tak dihargai dan dilupakan. Cukup kepada Allah, berharap balasan atas semua kebaikan.
Baca Juga: Ngupil Siang Hari di Bulan Ramadhan, Batalkah Puasanya?
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS. al-Zalzalah: 7-8).
Mulai detik ini, mari berupaya untuk jadikan Allah sebagai kekasih yang selalu kita rindukan, tempat bersandar ketika fikiran dan hati ini lelah, tempat mengadu berbagai problematika kehidupan.