Network
KARANGANYARNEWS - Mudik Lebaran tahun ini dipastikan lebih semarak, karena bertambah pesatnya warga masyarakat perantau dari berbagai kota besar pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Sebagaimana diketahui, dua tahun tahun sebelumnya masyarakat tidak dapat merasakan momen mudik, karena larangan pemerintah terkait adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
Lebaran tahun ini, pemerintah mempermudah teruntuk warga masyarakat yang akan melakukan mudik, tradisi tahunan setiap Hari Raya Idul Fitri yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya.
Baca Juga: Catat dan Amalkan, Wirid Tolak Miskin Ala KH Maimoen Zubair
Tradisi mudik yang etimologinya berasal dari kata ‘udik’ ini, sudah dikenal di Indonesia semenjak masyarakat memulai urbanisasi. Menurut Guru Besar FIB Universitas Airlangga, Prof. Purnawan Basundor, mudik menjadi tren masyarakat sejak 1960-1970-an.
“Karena orang desa dianggap ‘udik’ kalau pulang ke kampung halamannya dikatakan ‘mudik’ atau ‘menuju ke udik’,” terang dia dalam sebagaimana diunggah di situs resmi Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Timur.
Mereka berduyun-duyun menuju ke kota untuk mencari pekerjaan, karena urbanisasi inilah masyarakat rindu dengan kampung halamannya. Urbanisasi ini, menurut dia sudah berlangsung setelah kemerdekaan.
Baca Juga: 6 Karomah Mbah Moen, Bertemu Nabi Khidir Sampai Terima Pesan Rasulullah
“Paling banyak orang desa urbanisasi mencari pekerjaan ke kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya serta kota-kota lainnya sekitar tahun 1960-1970-an,” terang Prof. Purnawan Basundor menambahkan.
