Momen Kebangkitan Industri TPT, Mendag Lepas 50 Kontainer Produk yang Diekspor ke 20 Negara

16 September 2022, 15:04 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memecahkan kendi sebagai simbol pelepasan 50 kontainer ekspor produk tekstil PT Sritex /Klasik Herlambang/Karanganyar News

KARANGANYARNEWS – Diawali dengan memecah kendi berhias rangkaian bunga melati, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melepas 50 kontainer tekstil dan produk tekstil (TPT) dari PT Sri Rejeki Isman Tbk. (PT Sritex) untuk tujuan ekspor, pada Kamis 15 September 2022.

Ada 20 negara yang menjadi tujuan dari ekspor yang nilainya mencapai USD 3,7 juta tersebut.

Pelepasan dilakukan di halaman PT Sritex di Sukoharjo pada Kamis 15 September 2022 siang.

Pelepasan 50 kontainer ini secara bersama-sama menjadi prestasi tersendiri bagi industri di tanah air, terutama tekstil.

Baca Juga: Ekspor Minyak Goreng Dibuka Kembali 23 Mei 2022

Karena itulah Zulkifli Hasan atau yang kadang disapa Zulhas menyebut hal ini sebagai tanda industri TPT Indonesia mulai bergeliat dan bangkit di tengah pemulihan ekonomi nasional pascapandemi.

“PT Sritex merupakan perusahan tekstil yang cukup berpengalaman memproduksi produk fesyen dari merek ternama dunia. Pelepasan ekspor ini menjadi momentum dalam mendorong pemulihan ekonomi dan kebangkitan industri tekstil Indonesia,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Produk TPT yang diekspor mencakup garmen, kain jadi, dan benang dengan tujuan ekspor ke-20 negara di dunia seperti Swedia, Thailand, Malaysia, Brasil, Bangladesh, Portugal, Polandia, Republik Dominika, Mesir, Meksiko, Jepang, Argentina, Yordania, Persatuan Emirat Arab, Korea Selatan, Turki, Spanyol, India, Amerika Serikat, dan Qatar.

Dalam perdagangan produk TPT dunia, Zulhas menyampaikan bahwa Indonesia berada di urutan ke-16 sebagai negara eksportir TPT dengan pangsa pasar sebesar 1,44 persen pada tahun 2021.

Baca Juga: Sukses Ekspor Getuk ke Hongkong, Inilah 8 Kisah Inspiratif Edy Susanto

Pada periode ini, ekspor produk TPT Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2021, nilai ekspor TPT Indonesia mencatatkan nilai sebesar USD 12,9 miliar, naik 25,52 persen dibandingkan 2020 yang tercatat sebesar USD 10,5 miliar.

Mendag Zulkifli Hasan melanjutkan, beberapa negara tujuan ekspor tekstil Indonesia juga mengalami pertumbuhan signifikan.

Lima negara dengan kenaikan signifikan yakni Honduras yang naik 140 persen, Swedia (58,8 persen), Meksiko (49,1 persen), Bangladesh (naik 46,6 persen), dan Kanada (44,3 persen).

"Hal ini menunjukkan kinerja ekspor TPT Indonesia ke dunia terus mengalami peningkatan nilai dan mampu memanfaatkan peluang pasar dunia, khususnya negara tujuan ekspor nontradisional," kata Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan menambahkan, pemerintah akan terus mendukung pertumbuhan industri TPT secara holistic.

Di sektor hulu yaitu dengan mengevaluasi kebijakan perdagangan luar negeri yang lebih kondusif, di antaranya dengan membuka akses pasar ekspor baru melalui perluasan perjanjian dagang (PTA, FTA atau CEPA).

Sedangkan di sektor hilir antara lain dengan peningkatan promosi/misi dagang, menumbuhkembangkan industri fashion, khususnya modest Fashion untuk menjadikan Indonesia sebagai trend Setter modest fashion dunia.

Mendag Zulkifli Hasan juga mengapresiasi PT Sritex beserta jajarannya yang terus mendorong peningkatan ekspor TPT Indonesia, serta menjadi salah satu perusahaan tekstil yang aktif dalam melakukan kegiatan ekspor.

Baca Juga: Sritex Jajaki Kerja Sama dengan BBPVP Semarang

"Capaian kinerja perdagangan nasional tidak terlepas dari peran pelaku usaha Indonesia yang terus melakukan ekspor ke berbagai negara mitra dagang Indonesia sehingga mampu berkontribusi terhadap peningkatan nilai ekspor nonmigas nasional,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Sritex Iwan Setiawan mengungkapkan, PT Sritex adalah perusahaan tekstil yang telah terintegrasi vertikal yang memproduksi benang hingga pakaian jadi.

Saat ini Sritex Group bergerak di 5 lini ekosistem industri tekstil nasional yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Kelima lini tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 50,000 karyawan.

"Lima lini ini adalah Serat (Fiber), Pemintalan (Spinning), Penenunan (Weaving), Pencelupan (Dyeing), dan Penjahitan atau Konveksi (Garment)," jelas Iwan dalam sambutannya.

PT Sritex juga berpengalaman dalam mengerjakan berbagai macam seragam militer dan korporasi baik, untuk memenuhi kebutuhan luar negeri dengan negara tujuan ekspor yang tersebar di lima benua.

"Dari 20 negara itu, empat negara dengan jumlah nilai ekspor terbesar adalah Swedia sebesar USD 611 ribu, Mesir USD 475 ribu, Bangladesh USD 351 ribu, dan Jepang USD 268 ribu," lanjutnya.

Industri TPT sendiri menurut Iwan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas.

Baca Juga: Kapal Masih Sulit, Ekspor Produk 6,3 Ton Dilakukan Lewat Pesawat Kargo

Di mana sektor ini menyumbang devisa negara senilai USD 13,02 miliar di tahun 2021.

Kelangsungan industri tekstil juga berdampak langsung kepada 7,5 juta pekerja dan pelaku IKM.

Untuk terus mendorong laju ekspor nasional, kata dia, masih dibutuhkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran.

Dibutuhkan pula optimalisasi substitusi impor yang saat ini masih membebani industri tekstil dan IKM, serta kebijakan Preferrential Trade Agreement (PTA) yang melindungi industri ITPT nasional.

Menurut Iwan, bersama dengan Pemerintah, perusahaannya optimis bahwa industry ITPT akan mampu mengatasi disequilibrium supply and demand, serta disrupsi makroekonomi.

Namun sangat memerlukan harmonisasi kebijakan antar Kementerian dan Pemerintah Daerah.

"Hingga saat ini, komposisi ekspor terhadap pendapatan Sritex masih mendominasi yaitu sebesar 60%. Sritex berkomitmen untuk terus mendorong target ekspor tekstil nasional untuk mencapai USD 30 miliar pada tahun 2025," pungkasnya.***

Editor: Andi Penowo

Tags

Terkini

Terpopuler