Wujud sego ruwet sendiri sebenarnya hampir sama dengan manu sajian sego berkat, yang saat ini banyak disajikan di rumah-rumah makan. Di mana nasi dengan berbagai lauk dibungkus dengan daun jati segar.
Namun berbeda dengan sego berkat yang menggunakan lauk ayam, daging ataupun telur, sego ruwet hanya menggunakan lauk potongan ikan asin, atau yang disebut gereh.
"Di sini semua memiliki makna simbolik, yang merupakan wujud dari harapan dan doa. Jadi inti dari sego ruwet ini adalah doa," lanjut Sri Sapawi.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa daun jati sebagai pembungkus memiliki makna bahwa sebagai manusia kita harus memahami sejatine urip (sejatinya hidup), yakni untuk berbuat baik terhadap sesama.
Lauk ikan asin atau gereh bermakna seger lan sareh atau sehat dan tenang. Hal ini merupakan harapan agar dalam kehidupan ini kita senantiasa diberikan kesehatan dan ketenangan.
Lalu ada lagi serundeng yang merupakan akronim dari serune diendeng-endeng. Yang menurut Sri Sapawi maknanya adalah kemeriahan atau kebahagiaan akan menyertai.
"Semoga dengan makan sego ruwet ini, segala permasalahan dan keruwetan hidup di tahun depan bisa terurai dan terselesaikan," tandasnya.
Baca Juga: Usai Jalani Karantina karena PMK, Kerbau Kyai Slamet Siap Dikirab Pada Malam 1 Suro
Puncak ritual ditandai dengan prosesi udik-udikan, yakni menebar uang bersama berbagai macam biji-bijian untuk dijadikan rebutan warga.