Renungan Harian Katolik - Menghadirkan Kerajaan Surga

- 24 November 2022, 11:05 WIB
Gua Maria Mawar di Musuk, Boyolali
Gua Maria Mawar di Musuk, Boyolali /Instagram/

Baca Juga: Renungan Harian Kristen - Tenang Dalam Situasi Sulit

Dialog antara Yesus dan Herodes dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan pertanyaan oleh para ateis masa kini, pun mereka yang mulai terkikis kepercayaannya kepada Mesias. Warta bacaan minggu ini mengantar kita akan pengetahuan dan kesadaran tentang Yesus dan misi-Nya. Tetapi sayangnya kebenaran yang disampaikan oleh Yesus tidak membuka cakrawala berpikir Herodes, meski dia juga telah mendengar langsung dari Yesus. Kerajaan-Nya abadi, tidak silih berganti, timbul tenggelam seperti kerajaan-kerajaan dunia yang diperintah manusia.

Perbedaan antara kerajaan dunia dan Kerajaan Allah pantas untuk disadari kembali. Kerajaan dunia tidak kekal, tidak tahan terhadap godaan-godaan yang mengganggu hubungan manusia dengan sesama, alam, dan terlebih Pencipta-Nya. Kerajaan Allah ditampilkan sebagai kerajaan kekal, di mana tiada derita dan kesusahan, semua orang kudus mengabdi kepada Allah Sang Raja, yang memiliki kekuasaan tak terbatas.

Kontras ini pula menjadi dorongan semangat bagi orang beriman yang sedang berjuang mempertahankan iman-Nya di tengah serbuan berbagai hal yang tidak berkenan di hati-Nya. Di tengah zaman yang maju dan pemikiran yang sering dikatakan lebih maju pula, terdapat benturan ide antara dunia dan surga.

Baca Juga: Renungan Harian Kristen - Perkenanan dan Anugerah 

Dunia itu adalah kekayaan, kemudahan, kenikmatan, kenyamanan, dan kekuasaan. Sebaliknya, surga untuk mencapainya perlu perjuangan, semangat ugahari, laku tapa, salib, penderitaan, sepertinya untuk masuk kerajaan-Nya harus bersusah-susah dahulu. Bandingkan percakapan Yesus dengan seorang muda dalam Mat. 19:1-12, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.

Tentu saja tiada larangan bagi manusia untuk menjadi kaya, nyaman, berkuasa, memiliki fasilitas. Tetapi kita diingatkan untuk melihat cita-cita yang lebih mulia, yakni kehidupan surgawi. Kekayaan, kenyamanan, fasilitas, menjadi sarana bagi kita untuk mencapai cita-cita tersebut. Kemajuan zaman dan pemikiran dan ide yang lebih maju pun seharusnya mendorong manusia untuk melihat Allah dan kerajaan serta kekuasaan-Nya. Dengan seluruh keberadaannya, entah memiliki kemampuan lebih atau keterbatasan, manusia menghadap hadirat Allah.

Pada hari ini peringatan atas kehidupan surgawi kembali digaungkan. Perayaan Kristus Raja diadakan dengan latar belakang untuk menantang atheisme dan hidup sekular yang merajalela di zamannya. Zaman kita pun tantangan-tantangan ini tetap nyata. Kemajuan teknologi digital memberi efek positif tak sedikit pula negatifnya. Hendaknya kita menjadi bagian dari orang yang berasal dari kebenaran, maka kita akan mendengarkan suara-Nya. Kita yang mendengarkan suara-Nya akan melakukan apa yang Ia perintahkan. ***

( Matius Panti, S.E, Pembimas Katolik Provinsi Sulawesi Tengah)

Halaman:

Editor: Abednego Afriadi

Sumber: Kemenag RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x