Di Pantai Bandengan, Kartini Bertemu Abendanon, Tragedi Mulai Muncul, Raden Ajeng Gagal Sekolah ke Belanda

- 19 April 2022, 15:56 WIB
RA Kartini
RA Kartini /

KARANGANYARNEWS-Di Pantai Bandengan Jepara, tak jauh dari tempat tinggalnya, Kartini bertemu Tuan Abendanon, seseorang yang selama ini diidolakan dan sudah seperti orang tua sendiri. Bule asal Belanda yang melakukan perjalanan dinas pada 24 Januari 1903 di beberapa daerah di Jawa Tengah itu, menyempatkan diri bertemu dengan Raden Ajeng yang selama ini sudah dianggap sebagai anak sendiri.

Bagai petir di siang bolong, RA Kartini kaget bukan kepalang mendengar penjelasan Abendanon yang tidak merestuinya sekolah ke Belanda. Padahal sekolah ke luar negeri sudah menjadi cita-cita sejak kecil RA Kartini dan adiknya. Dan kedua perempuan itu juga sudah mengantongi beasiswa, juga sudah menjalin hubungan dengan para mahasiswa di Nederland. Setelah pertemuan empat mata itu, RA Kartini sempat jatuh sakit dan tidak bisa menulis beberapa bulan.

Dalam pertemuan di Pantai Bandengan yang sebelumnya bernama Klein Scheveningen itu, Abendanon mengatakan, bersekolah di Belanda justru kurang baik bagi RA Kartini dan adiknya, Rukmini, dua perempuan cantik anak Bupati Jepara. Abendanon yang tercatat sebagai Direktur di Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri Pemerintah Hindia Belanda itu punya alasan.

"Kalau Kartini dan Rukmini pergi ke Belanda beberapa tahun maka akan dilupakan masyarakat, padahal Kartini dan Rukmini akan mengabdi pada bumi poetra," tulis Kartini dalam suratnya menirukan ucapan Abendanon, seperti dikutip dari buku Kartini, Sebuah Biografi, karya Siti Soemandari.

Selain itu, lanjut dia, Kartini dan Rukmini akan kesulitan melakukan adaptasi di Belanda, terutama dalam bahasa serta adat istiadat. Kalau tetap bersekolah di Belanda, mereka akan dianggap sebagai nona Belanda sekembelinya ke Jepara dan itu akan menjadi preseden buruk bagi perempuan bumi poetra, khususnya di Jepara.

Alasan lain, orang tua Kartini, yakni Raden Mas Ario Sosroningrat sudah sepuh dan kesehatannya menurun sehingga perlu ditunggui. "Jadi sebaiknya Kartini tidak usah sekolah ke Belanda," kata Abendanon.

Namun di luar itu, ada spekulasi lain, kenapa pahlawan nasional dan pejuang emansipasi wanita itu gagal berangkat ke Belanda untuk menuntut ilmu. Spekulasi itu disampaikan peneliti dari Institut Kerajaan Belanda untuk kajian Asia Tenggara (KITLV) Jaap Anten.

Setelah membaca berbagai referensi, termasuk buku Habis Gelap Terbitlah Terang versi asli dalam bahasa Belanda, Jaap Anten menduga, ada kekhawatiran besar dari Pemerintah Belanda jika Kartini sekolah di Nederland.

Menurut dia, Kartini yang cerdas dan berpendirian keras tersebut punya kedekatan dengan orang-orang sosialis yang selama ini menjadi oposisi Pemerintah Belanda pada saat itu. "Jika Kartini sekolah di sana, bukan tidak mungkin kasus kasus kelaparan, gagal panen, dan banjir karena irigasi yang keliru diungkap," kata Jaap Anten dalam buku Kartini, Sebuah Biografi, seperti dikutip dalam buku Gelap Terang Hidup Kartini yang diterbitkan Tempo Publishing dan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) 2017.

Editor: Langgeng Widodo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x