Karena, lanjut pengajar Fakultas Agama Unwahas tadi, sejatinya dari agama adalah perdamaian, keadilan dan kemanusiaan. Nilai-nilai luhur agama, kerap tereduksi oleh tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.
Kepentingan politik, menurutnya juga seringkali memanfaatkan simbol-simbol agama sebagai legitimasinya.
Baca Juga: Terinspirasi Keberhasilan Pembentukan PKUB, FKUB Lampung Selatan Kunjungi FKUB Klaten
Taslim Syahlan menuturkan, dalam rangka mewujudkan perdamaian salah satunya adalah dengan mendayagunakan ilmu-ilmu sosial sebagai pisau bedah dalam memahami fenomena agama.
“Sekarang, kita memasuki era dimana studi agama dilakukan melalui jalur interdisipliner, dan salah satu fenomena yang berkembang saat ini dengan memanfaatkan khazanah ilmu sosial,” terang Taslim Syahlan.
Dikatakan, fenomena agama dalam berbagai bentuknya tidak hanya melulu dipahami dari sudut pandang teologis semata.
Baca Juga: Pengukuhan FKUB Wonogiri, Syamsudin; Tanpa Kerukunan Persatuan Kesatuan Tak Terwujud
“Ketika berbicara konflik atas nama agama misalnya. Kita tidak bisa menafikan fakta bahwa ada faktor-faktor yang melingkari terjadinya konflik. Dan itu, tidak melulu soal agama,” imbuhnya.
Itulah sebabnya Taslim Syahlan mengajak kepada semua pihak untuk terus menerus merajut dan merawat kehidupan kebangsaan yang berbasis pada nilai nilai keagamaan dan kemanusiaan. ***