Tahun Kabisat 2024, Fenomena Langka Setiap 4 Tahun, Begini Sejarahnya

- 29 Februari 2024, 13:17 WIB
Tahun Kabisat 2024, Fenomena Langka Setiap 4 Tahun, Begini Sejarahnya.
Tahun Kabisat 2024, Fenomena Langka Setiap 4 Tahun, Begini Sejarahnya. /Freepik

KARANGANYARNEWS - Fenomena langka tahun kabisat kembali terjadi pada tanggal 29 Februari 2024. Peristiwa ini merupakan hal yang langka dan istimewa karena hanya terjadi sekali dalam 4 tahun.

Tahun kabisat sendiri merupakan bagian penting dalam kalender Masehi, di mana bulan Februari mendapat tambahan satu hari sehingga dalam 1 tahun terdapat 366 hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tahun kabisat adalah tahun dengan jumlah hari sebanyak 366 hari, di mana bulan Februari memiliki 29 hari.

Baca Juga: 7 Karir Profesi Terhoki Weton Jumat Pahing: Dibalik Misteri Tunggak Semi, Deras Mengalir Limpahan Rejeki

NASA juga menyampaikan hal sama.  Berdasarkan kalender Masehi, tahun 2024 adalah tahun kabisat karena bulan Februari tahun ini memiliki 29 hari.

Jika mengikuti pola tahun kabisat yang berulang setiap empat tahun, tanggal 29 Februari akan muncul kembali pada tahun 2028. Dengan kata lain, tahun kabisat akan dating setiap empat tahun sekali.

Perhitungan Tahun Kabisat

Tahun kabisat tidak hanya sekadar fenomena langka, namun juga melibatkan perhitungan matematika yang cukup menarik.

Diketahui bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari, namun Bumi memerlukan sekitar 365,25 hari untuk mengorbit Matahari.

Oleh karena itu, setiap empat tahun sekali, NASA menambahkan satu hari pada bulan Februari untuk menyesuaikan perbedaan tersebut.

Baca Juga: Rela Mati Demi Harga Diri: Weton Jumat Pahing, Dibalik Misteri Khodam Harimau 

Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), ada aturan yang digunakan untuk menentukan tahun kabisat.

Apabila angka tahun habis dibagi 400, maka tahun tersebut adalah tahun kabisat. Apabila angka tahun tidak habis dibagi 400, tetapi habis dibagi 4, maka tahun tersebut juga adalah tahun kabisat.

Contohnya pada tahun 2017, 2018, 2019, dan 2020. NASA telah mengurangi sekitar enam jam atau seperempat hari dari tahun 2017, 2018, dan 2019, dan harus menggantinya di tahun 2020.

Baca Juga: 5 Jodoh Weton Jumat Pahing, Dibalik Misteri Lakune Srengenge: Setia Ikatan Cinta Sukses dan Berlimpah Harta 

Nah, tahun 2024 termasuk tahun yang tidak habis dibagi 400 ataupun 100, tetapi habis dibagi dengan angka 4. Dengan demikian, 2024 termasuk tahun kabisat dan memiliki tanggal 29 Februari.

Dilihat dari aturan perhitungan tahun kabisat, fenomena langka tanggal 29 Februari akan terjadi lagi pada 2028.

Sementara itu kalender Mesir Kuno, dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan dan berjumlah 365 hari. Julius Caesar, pencipta kalender Julian, menemukan hal kurang tepat dari kalender Mesir Kuno.

Baca Juga: Cantik Jelita Memikat Hati Setiap Pria: Catat, Dahsyatnya Misteri Pelet Penjerat Sukma Wanita Weton Kamis Legi 

Julius Caesar kemudian memerintahkan astronom Republik Romawi, Sosigenes, untuk menyempurnakan. Sosigenes menemukan bahwa satu tahun revolusi Bumi sama dengan 365,25 hari

Karena itu, Sosigenes mengusulkan penambahan satu hari pada bulan Februari setiap empat tahun sekali. Sejak saat itulah mulai dikenal tahun kabisat dan tanggal 29 Februari hanya ada empat tahun sekali.

Dengan demikian, dalam Kalender Julian, setiap tiga tahun terdapat 365 hari, dan setiap tahun ke-4 disebut tahun kabisat yang memiliki 366 hari.

Baca Juga: Mengapa Tanggal 29 Februari Terjadi 4 Tahun Sekali? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Berabad-abad kemudian Paus Gregorius XIII menemukan adanya penghitungan yang kurang tepat. Penghitungan satu tahun adalah 365,25 hari ternyata kelebihan.

Paus Gregorius XIII dan timnya menemukan satu tahun hanya terdiri dari 365,242 hari. Meski selisihnya sedikit, namun terakumulasi selama berabad-abad sehingga menggeser waktu equinox.

Hingga akhirnya kriteria tahun kabisat diubah. Menurut Paus Gregorius XIII, sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400.

Misalnya, tahun 2000 merupakan tahun kabisat, tetapi tidak dengan tahun 2100, 2200, atau 2300. Sistem penanggalan ini mulai diterapkan pada 1582, dan dikenal sebagai Kalender Gregorian atau Kalender Masehi.***

Editor: Ken Maesa Pamenang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x