“Ini tradisi warisan nenek moyang yang kami lestarikan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya,” kata Wasidarono Ketua RW 01 Pedurungan Tengah, kepada awak media yang menemuinya.
Menurut dia, tradisi berbagi Kupat Jembut kepada anak-anak di kampungnya dimaksud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, seusai menjalani syariat puasa wajib di bulan Ramadhan dan puasa sunah di bulan Syawal.
Baca Juga: 3 Keripik Khas Klaten, Renyah Gurihnya Paling Diburu Pemudik
Disebutkan, jikalau Lebaran Idul Fitri identik dengan kuliner opor ayam maka dalam tradisi Syawalan identik dengan kupat atau ketupat bersisi tauge. Warga Pedurungan menyebutnya, Kupat Jembut.
“Dua Lebaran tahun lalu kami juga tetap mengadakan tradisi Swalan berbagi Kupat Jembut,” terang tokoh masyarakat di kampung Pedurungan tadi.
Namun demikian, menurut Wasidarono dikarenakan adanya pandemi Covid-19 dan aturan protokol kesehatan ketat, cuma beberapa rumah yang berbagi Kupat Jembut.
Baca Juga: Mudik Lebaran di Klaten, Inilah 4 Jajanan Paling Nagih Wajib Dicicipi
Sebagaimana warga Pedurungan lainnya, Ketua RW 01 ini juga berharap tradisi Syawalan berbagi Kupat Jembut di kampungnya ini tetap diuri-uri atau dilestarikan oleh generasi berikutnya. ***