Candi Borobudur Tinggalkan Warisan Ilmu Perbintangan di Masa lalu

- 6 Juli 2022, 22:40 WIB
Candi Borobudur meninggalkan warisan ilmu perbintangan di masa lalu.
Candi Borobudur meninggalkan warisan ilmu perbintangan di masa lalu. /Instagram.com / @borobudurpark.

KARANGANYARNEWS - Sejak berabad-abad lalu masyarakat di sekitar Candi Borobudur telah menggunakan ilmu perbintangan atau astronomi. Yang mana hal ini dapat diamati pada pergerakan bayangan yang jatuh di stupa utama.

Warisan ilmu itu disebut sebagai Pranata Mangsa, sebuah sistem penanggalan yang digunakan sebagai penanda waktu dan terutama sebagai petunjuk waktu yang tepat untuk bercocok tanam.

Peneliti Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Irma Hariawang menjelaskan bahwa konsep Pranata Mangsa diciptakan berangkat dari upaya manusia yang mencoba untuk memahami perilaku dan siklus alam.

Tak hanya petani, Pranata Mangsa juga bermanfaat bagi nelayan untuk menetapkan waktu menangkap ikan di laut.

Baca Juga: 10 Kisah Asal Mula Desa Penghasil Gerabah, yang Terukir di Relief Borobudur

“Selain itu dari Pranata Mangsa, mereka (masyarakat) juga bisa berjaga-jaga karena dari situ mereka tahu kapan datangnya bencana banjir atau angin. Itu semua dari waktu yang panjang bagaimana mereka mengamati perilaku alam,” kata Irma saat peluncuran seri dokumenter Zenius di Jakarta, Rabu 6 Juli 2022.

Irma mengatakan Pranata Mangsa secara formal dikenalkan oleh raja di masa lalu. Namun, catatan sejarah lain juga menyebutkan bahwa sistem penanggalan itu sudah muncul sekitar abad ke-9 atau ke-8.

“Itu pas dengan saat dibangunnya Borobudur, jadi Pranata Mangsa ini sudah mulai dikenal. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa memang ada kaitan antara Pranata Mangsa dan Borobudur. Dari abad ke-8 atau ke-9 mereka sudah mulai mengamati pergerakan benda langit untuk menentukan masa tanam,” katanya.

Stupa utama Borobudur yang berada pada tingkat 10 berfungsi sebagai gnomon atau alat penanda waktu dengan mengandalkan bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari.

Baca Juga: Borobudur Edupark, Menguak Misteri Mahakarya Keajaiban Dunia

Stupa utama itu dikelilingi stupa-stupa terawang pada tingkat tujuh, delapan, dan sembilan.

Irma mengatakan, bayangan stupa utama akan jatuh pada stupa terawang tertentu yang dapat menandai penentuan awal musim Pranata Mangsa.

Irma bersama tim melakukan penelitan yang mengaitkan astronomi dan Candi Borobudur pada 2008 hingga 2010.

Ia mengatakan posisi Borobudur sesuai arah mata angin yang di masa lampau ditentukan tanpa bantuan sistem pemosisi gobal (GPS) dan kompas.

Hal tersebut, kata Irma, menjadi salah satu yang memicu dirinya untuk melakukan penelitian.

“Zaman dahulu tidak ada GPS dan kompas. Pasti yang digunakan itu adalah matahari. Dari matahari itu akan ada bayangan, mereka pasti mengamati bayangan selama satu tahun sehingga mereka bisa menentukan arah mata angin yang benar,” katanya.

Irma mengatakan posisi bayangan stupa utama yang jatuh saat ini memiliki sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan masa silam mengingat benda-benda langit termasuk bumi akan selalu bergerak.

Baca Juga: Candi Borobudur Dijadikan Kawasan Green Tourism, Pakai Kendaraan Listrik

“Ada perubahan sekitar beberapa derajat. Memang harus dikoreksi kalau sekarang kita datang ke Borobudur. Kita lihat bayangannya kemudian disesuaikan dengan Pranata Mangsa itu pasti ada sedikit perbedaan dan itu bisa dihitung atau dikoreksi,” terangnya.

Irma berpendapat bahwa masih banyak aspek astronomi di Borobudur yang dapat diteliti, salah satunya rasi bintang polaris yang bisa diamati di candi tersebut pada masa lampau.

Halaman:

Editor: Andi Penowo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x