Ngaji Jiwa Jawi: Nasi Tumpeng Kemerdekaan, Ilmu Mawujud Filosofi Kehidupan

- 17 Agustus 2022, 13:52 WIB
Kustawa Esye, Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Reliqius, Cultural & Education)
Kustawa Esye, Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Reliqius, Cultural & Education) /Dok Kiai Damar Sesuluh/

Menurut pranatan tradisi jiwa jawining wong Jawi, Nasi Tumpeng juga dilengkapi beragam  lauk pauk. Diantaranya berupa ingkung (ayam jago dimasak utuh), telur rebus, ikan air tawar, ikan asin dan aneka sayuran dibumbui urab-uraban lebih populer disebut gudangan.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Eling Pepeling Filosofi Caping

Warisan budaya adi luhung yang sarat filosofi falsafah kehidupan ini, dihidangkan dalam nyiru atau tampah berbentuk bundar terbuat dari anyaman bambu.

Pinggirannya  dihias daun pisang manggala berbentuk segi tiga, dirangkai dengan lidi kawung sebagai perlambang sinar matahari. Manggala berarti penyampai hukum atau yang menguasai aturan, sedangkan kawung dari kata Sang Suwung yang berarti Sang Maha Kuasa.

Nasi Tumpeng berbentuk kerucut, menyerupai kemuncak gunung atau top of mountain, sebagai simbul prosesi ritual penghambaan manusia kepada Sang Khaliq, teruntuk menggapai kemuliaan dan kesempurnaan hidup.

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Pacul

Walau wujudnya kerucut, sesungguhnya penyajian Nasi Tumpeng terbagi menjadi tiga tangga atau tingkatan yang mencerminkan tataran dimensi kehidupan manusia.

Paling bawah yang dihiasi beragam sayuran dengan bumbu urab-uraban dan anekarupa lauk pauk lainnya, sebagai lambang kemajemukan alam kehidupan manusia, dalam jagad cilik (mikrokosmos) maupun jagad gedhe (makrokosmos).

Sedangkan tangga kedua, pada bagian tengah Nasi Tumpeng  merupakan prasarat menenging piker manungsa lan meneping dzikir mring Gusti Allah  menuju kesempurnaan hidup maupun kehidupan. 

Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Secangkir Kopi

Halaman:

Editor: Kustawa Esye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x