Makna falsafah filosofi bulan Sura dalam mitologi jiwa jawine wong Jawi, warisan adiluhung bangsa kita inilah yang kemudian mengilhami Sultan Agung Hanyakra Kusuma.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi: Nasi Tumpeng Kemerdekaan, Ilmu Mawujud Filosofi Kehidupan
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, tanggal 08 Juli 1633 Masehi Raja Mataram dinasti Islam pertama di Jawa tadi, menyatukan perhitungan penanggalan Jawa Kuna dengan pananggalan Islam, berdasar perhitungan tahun Hijriyah.
Akulturasi perhitungan penanggalan tahun Jawa Kuna yang berdasarkan perputaran matahari (syamsiyah), diganti dengan perhitungan penanggalan berdasarkan perputaran rembulan (komariah).
Nah, karena penanggalan ciptaan Sultan Agung Hanyakra Kusuma itulah, setiap jatuhnya tanggal 1 Sura (menurut perhitungan tahun Jawa) selalu bertepatan dengan hari pasaran tanggal 1 Muharram, menurut pehitungan penanggalan tahun Hijriyah.
Baca Juga: Ngaji Jiwa Jawi; Memaknai Falsafah Filosofi Secangkir Kopi
Karya cipta Raja Mataram dinasti Islam pertama ini, disebut-sebut sebagai akulturasi yang sangat bijak. Pasalnya, selain berdasarkan keyakinan agama Islam juga berlandaskan saripatinya spirit spiritual jiwa jawine wong Jawi.
Moderasi Beragama