Ngaji Jiwa Jawi |.| Kustawa Esye
TANGGAL 1 Sura, tahun baru Jawa yang bersamaan tanggal 1 Muharram atau tahun baru Islam menurut penanggalan tahun Hijriyah, menurut adat tradisi masyarakat Jawa dianggap sebagai awal bulan keramat dan sakral. Menurut tuntunan spiritual reliqius jiwa jawining wong Jawi, Sura juga dimaknai sebagai bulan laku spiritual keprihatinan.
Banyak juga yang menganggap bulan Sura saatnya introspeksi atau mawas diri, waktunya kontemplasi, membersihkan katarak jiwa dan mensucikan noktah hitam dalam hati nuraninya.
Bertumpu kesadaran spiritual reliqius dan kepekaan mata batinnya itulah, segala lelaku ngesuh jiwa selama bulan Sura dimaksud untuk membersihkan segala aura spiritual negatif dalam diri maupun batiniah sepanjang kehidupannya.
Baca Juga: Tradisi Malam 1 Suro, Sejarah dan Ritual yang Menyertainya
Selebihnya, juga merupakan tangga teruntuk menggapai cita-cita luhur seluruh umat manusia. Dalam perannya sebagai khalifah di muka bumi, sekaligus sebagai hamba Allah Sang Maha Widi.
Sura yang dalam bahasa Jawa Kawi berarti ‘dewa’ dan dalam kamus Bahasa Jawa gagrag anyar berarti ‘wani’ (berani), diprecaya juga sebagai momentum paling tepat untuk ngeningke cipata, rasa dan karsa.
Noktah Hitam Batiniah